Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Lebanon Dilanda Krisis Ekonomi, Warga Nekat Bawa Senjata Api untuk Tarik Tabungan

Aksi perampokan bersenjata di bank-bank Lebanon belakangan makin marak terjadi dan menjadi tren baru yang berkembang di kalangan masyarakat

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Lebanon Dilanda Krisis Ekonomi, Warga Nekat Bawa Senjata Api untuk Tarik Tabungan
AFP/ANWAR AMRO
Krisis ekonomi yang melanda Lebanon membuat sejumlah bank mengalami kekurangan mata uang, hingga para nasabah nekat melakukan aksi perampokan massal lantaran mereka tak dapat menarik uang tabungan di bank.(Photo by ANWAR AMRO / AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com  Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, BEIRUT – Krisis ekonomi yang melanda Lebanon membuat sejumlah bank mengalami kekurangan mata uang, hingga para nasabah nekat melakukan aksi perampokan massal lantaran mereka tak dapat menarik uang tabungan di bank.

Aksi perampokan bersenjata di bank-bank Lebanon belakangan makin marak terjadi dan menjadi tren baru yang berkembang di kalangan masyarakat.

Fenomena ini muncul setelah ratusan deposan tak dapat menarik uang tabungan yang mereka simpan di bank karena adanya aturan pembekuan rekening yang dilakukan pemerintah pusat.

Baca juga: Krisis Lebanon: Bawa pistol dan granat, nasabah minta bisa tarik uang tabungan dan deposito

Alasan inilah yang membuat para nasabah garam hingga mereka menyerbu tiga bank komersial di seluruh Lebanon.

Bahkan satu diantara mereka nekat membawa senjata api dan granat untuk melakukan penarikan uang di cabang Bank BLC di wilayah Chtaura, sebuah kota sekitar 45 kilometer timur ibukota Beirut.

Pria yang diidentifikasi sebagai Ali Deeb al-Sahili diketahui turut menyandera sejumlah karyawan dan pelanggan di Bank BLC.

Berita Rekomendasi

Setelah pihaknya tidak dapat melakukan penarikan sebesar 24.000 dolar AS dari rekeningnya.

Insiden serupa lantas terus meningkat di seluruh penjuru Lebanon, hingga sejumlah anggota pasukan keamanan Lebanon dan layanan darurat ditempatkan di beberapa cabang bank untuk mencegah terjadinya aksi penyerangan.

Baca juga: Stimulus Fiskal dan Kenaikan Suku Bunga Bertahap Dinilai Kunci Hadapi Krisis Ekonomi Global

Tindakan seperti ini bukanlah kali pertama yang dialami Lebanon, pada bulan lalu serangkaian perampokan juga pernah terjadi. 

Serangan dan aksi demo massal muncul setelah deposan putus asa atas sikap sejumlah bank di Lebanon yang mengekstraksi dana mereka.

Situasi kian mencekam hingga membuat Asosiasi Bank di Lebanon (ABL) menutup semua lembaga keuangannya selama seminggu pada 16 September 2022, dan membuka kembali cabang setelah 10 hari kemudian demi menjaga stabilitas keamanan nasional.

"Ini adalah deposan yang marah, karena simpanannya telah terperangkap di bank. Insiden ini terus berlanjut meskipun ada langkah-langkah keamanan yang ketat,” kata Zeina Khodr dari Al Jazeera.

Sejak 2019 silam ekonomi Lebanon diketahui telah mengalami krisis, bahkan Bank Dunia memproyeksikan ekonomi Lebanon sebagai salah satu yang terburuk di dunia sejak 1850, mengingat laju inflasi di negara ini telah mencapai tiga digit.

Kondisi tersebut terjadi usai bank sentral melakukan praktik piramida atau skema Ponzi, di mana bank sentral berutang kepada bank-bank komersial dengan tingkat bunga di atas rata-rata pasar.

Baca juga: Krisis Lebanon: Bawa pistol dan granat, nasabah minta bisa tarik uang tabungan dan deposito

Utang ini dilakukan untuk mempertahankan ekonomi Lebanon, namun sayangnya tindakan tersebut justru membuat Lebanon mengalami kekurangan mata uang asing, hingga nilai mata uang melemah sebesar 38.000 pound Lebanon terhadap dolar pada awal pekan ini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas