Akibat Gencar Kirimkan Senjata ke Ukraina, Pasokan Amunisi Amerika Serikat Dilaporkan Anjlok
Amerika diketahui telah menjadi pemasok senjata terbesar ke Ukraina, dimana dalam setahun AS biasa mengirimkan 8.500 rudal Javelin ke Kyiv
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah mengalami kekurangan stok amunisi, usai gencar memasok kebutuhan senjata dan amunisi tentara Ukraina untuk melawan invasi Rusia.
"Tetapi persediaan beberapa peralatan AS mencapai tingkat minimum yang diperlukan untuk rencana dan pelatihan perang," kata Mark Cancian, analis dari Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), Sabtu (8/10/2022).
Imbas penurunan stok senjata, Washington mengungkap bahwa pihaknya tak dapat lagi memberikan amunisi tertentu kepada Ukraina selama beberapa waktu kedepan. Salah satunya seperti amunisi untuk roket HIMARS dengan jangkauan lebih dari 80 km.
Baca juga: Rusia Peringatkan AS jika Terus Kirim Bantuan Senjata ke Ukraina: Hentikan Tindakan Provokatif!
Sejak invasi pada 24 Februari lalu Amerika diketahui telah menjadi pemasok senjata terbesar ke Ukraina, dimana dalam setahun AS biasa mengirimkan 8.500 rudal Javelin ke Kyiv serta 800.000 peluru artileri 155 mm standar NATO.
Hingga dana yang digelontorkan AS selama mengirimkan bantuan militer tembus mencapai 16,8 miliar dolar AS.
Namun usai semua senjatanya dialokasikan untuk Ukraina, produksi senjata AS hingga tak dapat lagi mencapai tingkat minimum yang diperlukan.
Alasan ini yang membuat Joe Biden mulai memangkas bantuan senjata ke Ukraina. Langkah tersebut diambil untuk mengantisipasi adanya kekosongan pasokan senjata di Amerika selama latihan perang, mengingat masa produksi senjata memakan waktu bertahun-tahun lamanya.
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia-Ukraina Hari ke-228, Putin Tingkatkan Keamanan di Jembatan Kerch Krimea
“Persediaan beberapa peralatan perang yang diperlukan mencapai tingkat minimum yang diperlukan untuk rencana perang," jelas Mark Cancian dari Pusat Studi Strategis dan Internasional.
Untuk memacu kinerja industri persenjataan, sejumlah perusahaan amunisi di AS kini mulai diarahkan untuk membuka jalur perakitan dan meluncurkan kembali produksi barang-barang seperti rudal anti-pesawat Stinger, yang belum dibuat sejak 2020.
Diperkirakan dengan melakukan peningkatan ini, produksi senjata Pentagon dapat meningkat dari 36.000 menjadi 432.000. Meski harus memakan waktu selama tiga tahun.
“Walaupun jumlah peluru yang diberikan Washington mendekati akan tetapi Amerika berkomitmen akan terus mendukung rakyat Ukraina dan memberi bantuan keamanan yang mereka butuhkan untuk mempertahankan diri,” kata Laura Cooper, seorang pejabat senior departemen pertahanan AS.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.