Eropa Dihantam Badai Aksi Mogok Kerja dan Protes Mahalnya Biaya Hidup
Kenaikan harga energi dan harga pangan di Eropa dipicu konflik Rusia-Ukraina, yang berlangsung sejak 24 Februari 2022.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, BRUSSEL - Negara-negara Eropa menghadapi lebih banyak aksi mmogok kerja dan protes karena melonjaknya harga energi, serta meningkatnya krisis biaya hidup.
Kepala Badan Energi Internasional Fatih Birol mengatakan, Eropa kemungkinan akan menghadapi krisis energi yang lebih parah pada 2023, setelah benua itu menguras tangki gas alamnya untuk melewati musim dingin ini.
Kenaikan harga energi dan harga pangan di Eropa dipicu oleh konflik Rusia-Ukraina, yang berlangsung sejak 24 Februari.
Baca juga: Krisis Energi, Perusahaan Milik Pemerintah Jerman Uniper Batasi Penggunaan Listrik di Kantor
Berikut ini rincian beberapa aksi demonstrasi atas krisis biaya hidup dan gaji di Eropa yang dirangkum dari Reuters:
1. Prancis
Pekerja di perusahaan energi TotalEnergies mengakhiri pemogokan mereka kecuali di dua lokasi di Prancis pada Kamis (20/10/2022). Menurut Pusat Serikat Pekerja Prancis (CGT), hanya pekerja di kilang Normandia dan Feyzin yang melanjutkan aksi pemogokan.
Pemogokan tersebut telah mempengaruhi pekerjaan di 20 dari 56 reaktor nuklir Prancis dan menunda proses pemeliharaan reaktor nuklir. Serikat pekerja melakukan pemogokan bergilir untuk menuntut upah di beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir Prancis.
CGT mengatakan pihaknya juga menyerukan pemogokan di perusahaan barang mewah L'Oreal untuk mencari upah yang lebih tinggi bagi karyawan.
Lalu lintas kereta regional di Prancis dipotong sekitar setengahnya pada 18 Oktober karena beberapa serikat pekerja menyerukan pemogokan nasional.
Ribuan orang turun ke jalan-jalan di Paris pada 16 Oktober untuk memprotes kenaikan harga.
Aksi pemogokan di Prancis telah menimbulkan gangguan di beberapa sekolah dan mempengaruhi sektor publik.
2. Inggris
Serikat pekerja kereta api Inggris (RMT) mengatakan pada pekan lalu mereka akan mengambil tindakan pemogokan terhadap 14 perusahaan yang mengoperasikan kereta api pada awal November, setelah badan industri kereta api negara itu gagal memberikan penawaran baru mengenai gaji, pekerjaan dan kondisi kerja.
Hampir 2.000 staf di layanan logistik GXO Inggris melakukan aksi mogok selama lima hari sejak akhir bulan September karena perselisihan tentang gaji. Serikat pekerja Unite memperingatkan aksi mogok tersebut akan mengganggu pengiriman bir.