Saksi Hidup Tragedi Halloween Itaewon: Tangan, Kaki dan Betis Terinjak-injak
Pada malam insiden itu antrean orang menunggu wajah mereka dicat memperlambat arus orang yang berjalan melalui zona pesta di Itaewon.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Jalan sempit di lingkungan Itaewon yang populer di kota Seoul, Korea Selatan (Korsel) sudah penuh dengan orang-orang yang merayakan Halloween, saat siswa sekolah menengah Eun Seo-kim dan temannya membiarkan diri mereka sendiri masuk ke dalam kerumunan pada Sabtu (29/10/2022) malam.
Pada malam insiden itu antrean orang yang menunggu wajah mereka dicat atau masuk ke restoran memperlambat arus orang yang berjalan melalui zona pesta di Itaewon.
Dikutip dari laman www.local10.com, Selasa (1/11/2022), saat remaja berusia 17 tahun itu perlahan-lahan mendaki gang sempit di atas bukit, kerumunan pun tampak menjadi semakin padat.
"Seorang wanita berulang kali mengatakan 'tolong jangan dorong', sementara seorang pria terus mengatakan 'dorong, dorong'," kata Kim.
Pada momen inilah dirinya mulai berjuang untuk bisa bernafas saat dadanya terasa makin tertekan.
Kemudian ia kehilangan keseimbangan dan jatuh. Di tanah, Kim merasa seperti ia menjadi tidak terlihat oleh orang banyak.
Orang-orang menginjak pergelangan kaki, pergelangan tangan dan betisnya, dan ia ingat bahwa saat itu dirinya berpikir 'akan mati'.
Baca juga: Polisi Korea Akui Lelet Tangani Tragedi Pesta Halloween di Itaewon
beruntungnya, ternyata ia selamat, namun setidaknya 156 lainnya tewas dalam tragedi mematikan itu.
Menurut angka yang dirilis oleh Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan Korsel pada Selasa waktu setempat, 101 diantara korban tewas merupakan wanita, terutama mereka yang berusia remaja atau 20-an tahun.
Karena postur tubuh mereka yang lebih pendek dan kurang kuat secara fisik dibandingkan pria.
Baca juga: Tragedi Halloween Itaewon Bikin Jadwal Industri Hiburan Korea Berantakan
Para ahli mengatakan bahwa wanita sangat rentan selama situasi 'turbulensi kerumunan' yang mirip dengan apa yang terjadi di gang-gang Itaewon pada Sabtu malam, saat kepadatan kerumunan mencapai titik kritis dan menyebabkan kematian massal.
"Tingginya 5 hingga 10 sentimeter membuat perbedaan besar dalam hal tekanan dada," kata Spesialis Pengobatan Darurat dan Direktur Hubungan Masyarakat dari Asosiasi Medis Darurat Korea, Choi Suk-jae.
Dengan tinggi sekitar 172 sentimeter, Kim lebih tinggi dibandingkan banyak wanita lain di negara itu, namun ia masih ingat secara jelas saat nafasnya sulit dihembuskan ketika orang-orang mendorong siku mereka untuk melindungi diri masing-masing dan menekan dadanya.
Baca juga: Tangan Petugas Pemadam Kebakaran Gemetar saat Bicara Tragedi Itaewon, Tuai Pujian KNetz
"Orang-orang menekan saya dari dua arah, dada saya tertekan," tegas Kim.
Sebuah rekaman video dramatis di sebuah gang di sudut tempat Kim berada, menunjukkan beberapa pria berhasil menjauh dari kerumunan yang menyesakkan itu.
Seorang pria mampu menarik dirinya ke atas dan keluar dari kerumunan dengan memanjat permukaan sebuah bangunan, lalu memanjat melintasi tanda yang menyala dan turun kembali ke bagian jalan yang tidak terlalu ramai demi menghindari bahaya.