Tingkat Kemacetan Kereta Bawah Tanah Saat Jam Sibuk di Seoul Mirip dengan Tragedi Itaewon
Selama puncak jam sibuk, kereta bawah tanah di Seoul, Korea Selatan (Korsel) memiliki tingkat kemacetan yang sama dengan gang Itaewon
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Selama puncak jam sibuk, kereta bawah tanah di Seoul, Korea Selatan (Korsel) memiliki tingkat kemacetan yang sama dengan gang Itaewon saat tragedi lonjakan massa terjadi pada perayaan Halloween, Sabtu lalu.
Ini tentu saja meningkatkan masalah keamanan di kawasan tersebut.
Seperti yang ditunjukkan dalam data komuter yang diterbitkan oleh penyedia telekomunikasi Korsel SKT pada Kamis waktu setempat.
Dikutip dari laman www.koreaherald.com, Kamis (3/11/2022), menurut data yang dikumpulkan antara 1 Agustus hingga 31 Oktober lalu, jalur 1 Seoul Metro beroperasi pada 252 persen dari kapasitas penumpangnya pada pukul 18.40, saat melewati Stasiun Guro menuju Stasiun Guil, membawa komuter pulang.
Kereta yang melewati Stasiun Guro menunjukkan tingkat kemacetan tertinggi diantara stasiun kereta bawah tanah Seoul sejak kuartal pertama tahun ini.
Perlu diketahui, kapasitas satu gerbong kereta adalah 160 orang, ini berarti bahwa sekitar 403 orang berbagi satu gerbong kereta bawah tanah selama waktu yang paling padat.
Sementara luas total gerbong kereta bawah tanah Seoul adalah sekitar 60,84 meter persegi.
Perhitungan menunjukkan bahwa pada jam sibuk, sekitar 6,6 orang berbagi satu meter persegi ruang.
Jika dibandingkan dengan tragedi Halloween di Itaewon, total luas gang miring di Itaewon tempat terjadinya bencana crowd crush yang tragis itu berukuran 180 meter persegi.
Baca juga: Kantor Polisi Lokal Seoul Gagal Respons 11 Panggilan Darurat di Itaewon
Polisi memperkirakan bahwa sekitar 1.000 hingga 1.200 orang berkumpul di gang.
Ini mengindikasikan bahwa ada sekitar 5,6 hingga 6,6 orang per meter persegi, tingkat yang sama dengan apa yang dapat ditemukan di dalam gerbong kereta bawah tanah Seoul pada jam sibuk.
Selain itu, data SKT menunjukkan bahwa kereta api yang melewati stasiun sibuk seperti Stasiun Dongjak, sebagian besar beroperasi di atas kapasitas 230 persen.
SKT melakukan pendataan komuter sejak tahun 2021.
"Kadang-kadang saya begitu terjepit diantara orang-orang, sehingga saya merasa seperti mengambang. Saya hampir jatuh ketika orang-orang berkerumun di eskalator yang bergerak, dan biasanya tidak ada ruang bagi saya untuk turun," kata Hwang, 22 tahun, yang bekerja di dekat Stasiun Seoul.