Pengiklan Cabut Iklannya di Twitter, Elon Musk Mengaku Rugi Besar
Elon Musk mengaku Twitter mengalami kerugian besar akibat banyaknya pengiklan yang menghentikan sementara iklannya di platform medsos ini.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - CEO Twitter, Elon Musk mengakui perusahaan media sosial yang baru diakuisinya ini mengalami penurunan pendapatan besar-besaran.
Kerugian itu, kata Elon Musk, diakibatkan banyaknya pengiklan yang hengkang dari Twitter.
Dalam cuitannya pada Jumat (4/11/2022), Elon Musk menyalahkan kelompok aktivis yang menekan para pengiklan, lapor CNBC.
Padahal menurutnya, Twitter tidak mengubah strategi moderasi kontennya bahkan perusahaan telah melakukan "semua yang kami bisa untuk menenangkan para aktivis."
Musk tidak merinci besaran kerugian yang diderita media sosial berlambang burung biru ini.
Sebelumnya, Twitter dilaporkan telah memecat atau memberhentikan sekitar 50 persen karyawannya sejak diakuisisi Elon Musk pada 28 Oktober.
Baca juga: Elon Musk PHK Ribuan Karyawan Tanpa Pemberitahuan, Twitter Kena Gugat
Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah perusahaan memutuskan menghentikan sementara iklannya di Twitter dan menunggu perubahan platform tersebut di bawah kepemimpinan Elon Musk.
Audi, General Motors, General Mills, dan Pfizer termasuk di antara pihak yang menghentikan iklan.
Diketahui, iklan menyumbang 90 persen dari pendapatan Twitter.
United Airlines menangguhkan iklannya di Twitter awal pekan ini, kata juru bicara maskapai itu pada hari Jumat.
Musk juga telah melakukan PHK terhadap setengah dari total karyawan raksasa media sosial ini.
Twitter memberi tahu karyawannya pada Kamis (3/11/2022) malam melalui email.
Para karyawan yang terdampak mengaku pemutusan kerja dilakukan tanpa pemberitahuan yang jelas dan secara tiba-tiba, lapor Guardian.
"Mengenai pengurangan karyawan Twitter, sayangnya tidak ada pilihan ketika perusahaan kehilangan lebih dari $4 juta/hari. Setiap orang yang keluar ditawari 3 bulan pesangon, yang 50 persen lebih banyak dari yang diwajibkan secara hukum," cuit Elon Musk, Jumat (4/11/2022).
Yoel Roth, kepala keamanan dan integritas Twitter mengkonfirmasi laporan bahwa 50% dari 7.500 tenaga kerja global perusahaan terimbas PHK.
Beberapa staf mengaku tidak bisa mengakses laptop, Gmail perusahaan dan Slack sejak hari Jumat.
Seorang karyawan mengaku platform turut terdampak operasionalnya karena banyaknya karyawan yang tidak bisa mengakses sistem imbas PHK massal.
Khawatir Ujaran Kebencian Meningkat
Awal pekan ini Musk, yang sekarang menyebut dirinya "Chief Twit", bertemu dengan sejumlah pemimpin organisasi masyarakat sipil untuk mengatasi kekhawatiran tentang ujaran kebencian dan informasi yang salah terkait pemilu di platform.
Sejak Musk mengambil alih, troll dan fanatik online menyerbu Twitter, dan ujaran kebencian melonjak di platform.
Musk juga sempat menulis cuitan tentang teori konspirasi yang tidak berdasar dan anti-LGBTQ tentang invasi rumah dan penyerangan terhadap Paul Pelosi, suami Ketua DPR Nancy Pelosi.
Beberapa organisasi pada Selasa lalu menandatangani surat terbuka kepada pengiklan Twitter agar menangguhkan iklannya jika Musk gagal menegakkan standar keselamatan perusahaan dan pedoman komunitas.
Terlepas dari klaim Musk tentang penurunan pendapatan baru-baru ini, pengeluaran iklan Twitter telah menurun sebelum pengambilalihan perusahaan selesai, menurut analisis MediaRadar.
Baca juga: Populer Internasional: Fakta-fakta Mantan PM Pakistan Ditembak | Elon Musk Bakal Datang ke B20 Bali
Baca juga: Elon Musk Bakal Hadir di Event B20 Bali, Berpotensi Gelontorkan Investasi di Indonesia
Pengiklan di Twitter meningkat antara April dan Mei, ketika rencana Musk untuk membeli Twitter diumumkan.
Sebelum akhirnya mengalami penurunan kembali, menurut data MediaRadar.
Jumlah rata-rata pengiklan di platform turun dari 3.900 di bulan Mei menjadi 2.300 di bulan Agustus.
Twitter memiliki 2.900 pengiklan pada bulan September.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)