Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kata Pengamat Soal Kemungkinan KTT G20 Hasilkan Tekanan untuk Hentikan Perang di Ukraina

KTT G20 yang digelar di Bali 15-16 November mendatang, bisa menjadi momentum bagi Indonesia untuk menggalang solidaritas tersebut

Penulis: Willem Jonata
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Kata Pengamat Soal Kemungkinan KTT G20 Hasilkan Tekanan untuk Hentikan Perang di Ukraina
AFP/SERGEI SUPINSKY
Pekerja pembangkit listrik menunggu di tempat perlindungan bom selama alarm serangan udara, di lokasi yang dirahasiakan di Ukraina, pada 27 Oktober 2022, di tengah invasi Rusia ke Ukraina. (Photo by Sergei SUPINSKY / AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willem Jonata

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Radityo Dharmaputra, dosen di Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga berharap pemerintah Indonesia aktif menggalang solidaritas negara-negara non-Barat, untuk meminta Rusia menghentikan serangan ke Ukraina.

Negara-negara non-Barat yang dimaksud Radityo antara lain Afrika Selatan, Arab Saudi, Argentina, Brasil, India, Meksiko, Korea Selatan, Tiongkok, dan Turki.

KTT G20 yang digelar di Bali 15-16 November mendatang, bisa menjadi momentum bagi Indonesia untuk menggalang solidaritas tersebut.

“Setelah kelompok penekan fokus mendorong Rusia mengambil tindakan damai, baru sesudah itu Indonesia dan negara-negara tersebut bisa mengadakan forum perdamaian sebagai bagian dari negosiasi,” tutur mahasiswa Doktoral di Universitas Tartu, Estonia tersebut.

Tanpa itu, lanjutnya, maka semua upaya dan kesepakatan yang tercapai hanya akan jadi bagian seremonial belaka, karena tidak menyasar penyebab utama dari krisis ekonomi dan pangan dunia saat ini, yaitu perang Rusia di Ukraina.

Baca juga: Jelang KTT G20, Presiden Resmikan Revitalisasi Gedung VVIP Bandara Ngurah Rai Bali

Menurut Radityo, kegagalan mendorong upaya perdamaian agar kondisi ekonomi dunia segera pulih, akan membuat relevansi G20 dipertanyakan.

Berita Rekomendasi

Apalagi, kalau sampai tidak ada kesepakatan penting atau komunike yang dihasilkan maka akan menimbulkan pertanyaan untuk apa dibentuk G20.

Dia mencontohkan sebelum perhelatan puncak G20 yang berakhir tanpa kesepakatan bersama atau komunike bahkan deadlock sangat mungkin terjadi. Salah satu diantaranya adalah soal perdagangan karbon yang sampai saat ini belum mencapai titik kesepakatan.

Begitu juga pertemuan menteri keuangan dan bank sentral yaitu The 4th Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting atau FMCBG G20, di Washington D.C., Amerika Serikat pada awal Oktober lalu harus berakhir tanpa kesepakatan bersama atau komunike akibat perang Rusia vs Ukraina.

“Sudah saatnya Indonesia benar-benar berperan sebagai “salah satu pemimpin G20 dan dunia”, bukan cuma sebagai tuan rumah yang menyelenggarakan acara. Dan sudah saatnya Indonesia menunjukkan bahwa negara ini bisa memikirkan persoalan dunia, bukan saja persoalan pragmatis kepentingan ekonomi Indonesia,” tegasnya.

Indonesia diketahui menjadi tuan rumah presidensi G20 pada 2022.

Tema KTT G20 tahun ini adalah Recover Together Recover Stronger dengan mengusung tiga fokus utama, yakni Global Health Architecture, Sustainable Energy Transition, dan Digital Transformation.

G20 adalah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU).

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas