Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Turki Yakin Kesepakatan Ekspor Biji-bijian Ukraina akan Terus Berlanjut

Turki dan PBB pada Juli lalu telah menengahi kesepakatan antara Ukraina dan Rusia, yang memungkinkan Kyiv mengekspor biji-bijian

Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Turki Yakin Kesepakatan Ekspor Biji-bijian Ukraina akan Terus Berlanjut
AFP
Sebuah pemandangan udara menunjukkan kapal kargo berbendera Sierra Leone Razoni berlayar dalam perjalanan ke Tripoli, Lebanon, di sepanjang Selat Bosphorus pada 3 Agustus 2022, setelah diperiksa secara resmi. Sebuah tim pejabat Rusia dan Ukraina di Turki pada 3 Agustus 2022, memeriksa pengiriman biji-bijian pertama yang diekspor dari Ukraina sejak invasi Moskow di bawah kesepakatan yang bertujuan untuk mengekang krisis pangan global. Razoni yang berbendera Sierra Leone tiba di tepi Selat Bosphorus di utara Istanbul pada 2 Agustus 2022, sehari setelah meninggalkan pelabuhan Laut Hitam Odessa membawa 26.000 ton jagung menuju Lebanon. 

Mundurnya Rusia dalam kesepakatan ini telah menyebabkan ekspor gandum dan biji-bijian tertunda sebanyak 170 kapal.

Akibatnya harga gandum dan jagung di pasar komoditas global terkerek pasca Rusia menarik diri dari kesepakatan.

Banyak pihak panik, sikap Rusia akan membuat terganggunya pasokan ekspor minyak bunga matahari Ukraina demikian pula biji-bijian bahan pokok pangan seperti gandum yang dibutuhkan masyarakat Afrika.

Baca juga: Pihak Rusia Tetapkan Batas Waktu Kesepakatan Gandum untuk PBB

Data pertanian Gro Intelligence menyebutkan Ukraina dan Rusia menyumbang hampir sepertiga dari ekspor gandum global.

Mereka juga termasuk di antara tiga pengekspor barley, jagung, minyak lobak, dan minyak bunga matahari global teratas.

Komite Penyelamatan Internasional (IRC), sebuah organisasi bantuan kemanusiaan, mengatakan konsekuensi penarikan Rusia dari kesepakatan gandum bisa menjadi bencana bagi negara-negara miskin. Hal ini karena banyak di antaranya yang sudah mengalami kelaparan ekstrem.

“Dibutuhkan banyak keberanian untuk mengidentifikasi persoalan dasar ini, untuk mengakui bahwa ini adalah akibat agresi Rusia terhadap Ukraina. Masalah ketahanan pangan global saat ini adalah rezim Moskow,” tandasnya.

Berita Rekomendasi

 
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas