Muncul Lagi Bareng Putrinya Kim Jong-un Ingin Miliki Bom Nuklir Terkuat di Dunia
Kim Jong-un bersama putrinya muncul di tengah perwira dan insinyur pembuat rudal balistik Hwasong-17 di Pyongyang.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
Pejabat Korea Utara mengklaim ICBM itu melesat hampir 1.000 km (620 mil) dan mencapai ketinggian 6.040 km (3.750 mil) sebelum mendarat akurat di perairan Laut Timur Korea.
Ui tembak rudal itu dikutuk anggota Dewan Keamanan PBB, termasuk AS, Inggris, Prancis, dan India, yang menyebutnya eskalasi serius dan ancaman perdamaian dan keamanan internasional.
Dewan Keamanan PBB, bagaimanapun, berhenti mengeluarkan resolusi formal karena tentangan dari anggota tetap China dan Rusia.
Puluhan Kali Uji Tembak Rudal
Pyongyang telah melakukan setidaknya 27 uji coba rudal sepanjang 2022 di tengah kegagalan pembicaraan normalisasi dengan Seoul.
Sementara Korea Selatan, AS dan Jepang menggelar Latihan gabungan, yang membuat murka pemerintah Pyongyang.
Di Beijing, Presiden China Xi Jinping telah menyatakan niat Beijing untuk terus memperkuat hubungan dengan Republik Rakyat Demokratik Korea.
“Perubahan di dunia, waktu, dan sejarah sekarang terjadi dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Xi kepada Kim Jong-un dari Korea Utara lewat surat telegram ke Pyongyang.
Kim Jong-un mengirimkan surat ucapan selamat ke Xi Jinping pada Oktober setelah Xi terpilih kembali sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok.
Xi menyatakan kesiapan China untuk memberikan kontribusi baru dan proaktif untuk menyediakan kesejahteraan yang sangat baik bagi rakyat kedua negara.
Ketegangan di Semenanjung Korea telah meningkat secara dramatis selama satu setengah tahun terakhir.
Kim Jong-un sudah bersedia membangun hubungan baik dengan pemerintah AS era Donald Trump beberapa tahun lalu.
Tapi upaya perdamaian itu menguap sesudah Donald Trump dan Moon Jae-in lengser pada Januari 2021 dan Mei 2022. Para penggantinya memilih pendekatan lebih tegas terhadap Pyongyang.
Senin lalu, Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield menuduh China dan Rusia melumpuhkan kemampuan Dewan Keamanan menanggapi aksi Pyongyang.(Tribunnews.com/Sputniknews/Aljazeera/RussiaToday/xna)