160 Etnis Rohingya Terdampar di Kapal di Perairan Lepas Kepulauan Andaman India
Kelompok aktivis menyebut 160 orang etsnis Rohingya ditemukan terdampar di lautan India pada Selasa, 20 orang bahkan meninggal karena kelaparan.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Setidaknya 160 etnis Rohingya terdampar di sebuah kapal di perairan lepas pantai Kepulauan Andaman India.
20 orang bahkan diperkirakan meninggal karena kelaparan, kata kelompok aktivis seperti dilansir Independent.
Kapal yang terdampar itu didekati oleh lima kapal India pada hari Selasa (20/12/2022), lapor Reuters, mengutip sumber.
PBB telah mengimbau negara-negara Asia Selatan untuk membantu menyelamatkan kapal yang telah terdampar di Samudera Hindia selama berminggu-minggu tanpa makanan dan air.
"UNHCR (Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi) mendesak semua negara yang bertanggung jawab di kawasan Asia Pasifik untuk menyelamatkan para pengungsi yang dalam kesulitan dan terapung-apung di kapal," kata PBB dalam sebuah cuitan.
Badan pengungsi PBB telah menghubungi otoritas maritim di India dan Sri Lanka untuk membantu menyelamatkan orang-orang yang terlantar.
"Kami masih sangat khawatir tentang situasi yang mengerikan di kapal ini di Teluk Benggala, dekat Kepulauan Andaman dan Nicobar," kata Babar Baloch, juru bicara badan pengungsi PBB, kepada The Independent.
Badan pengungsi PBB berulang kali menyerukan kepada semua otoritas di kawasan itu untuk menyelamatkan dan menurunkan orang-orang yang terdampar di kapal dengan aman, tambahnya.
“Kami mengulangi peringatan kami bahwa kelambanan dari Negara untuk menyelamatkan nyawa mengakibatkan lebih banyak kesengsaraan dan tragedi manusia, setiap harinya.”
Chris Lewa, direktur Proyek Arakan yang bekerja untuk mendukung Rohingya, mengatakan hingga 20 orang tewas karena kelaparan dan kehausan.
Ada pula yang melompat ke laut karena putus asa.
"Ini benar-benar mengerikan dan keterlaluan."
Baca juga: Indonesia Tegaskan Dukungan untuk Orang Rohingya di PBB
Setidaknya empat kapal meninggalkan Bangladesh pada minggu terakhir bulan November dan satu lagi pada minggu pertama bulan Desember, kata kelompok hak asasi itu.
Mohammed Rezuwan Khan, seorang aktivis Rohingya, mengatakan kapal itu telah meninggalkan kamp Cox's Bazar Bangladesh menuju Malaysia hampir tiga minggu lalu.
Kapal mengalami kerusakan mesin beberapa hari kemudian.
Arus kuat diduga menghanyutkan perahu menuju Thailand, kemudian ke Malaysia dan Indonesia sebelum menariknya kembali ke Samudera Hindia.
Kakak perempuan Rezuwan Khan dan anaknya juga ada di kapal.
Dalam audio percakapan telepon dengan mereka yang terdampar di kapal, terdengar seorang pria berkata:
"Kami sekarat di sini. Kami belum makan selama 8-10 hari. Kami kelaparan. Tiga orang telah meninggal. "
Kapal itu memiliki telepon satelit dan unit GPS, menurut klip audio lain, kemungkinan direkam pada hari Minggu.
“Kami mendengar tadi malam bahwa ada beberapa kapal India mendekati kapal, jadi kami sedang menunggu pembaruan sekarang,” ujar Lilianne Fan, ketua Kelompok Kerja Rohingya Jaringan Hak Pengungsi Asia Pasifik, kepada Reuters.
"Kami berharap Angkatan Laut atau Penjaga Pantai India akan berhasil menyelamatkan dan mendaratkan kapal itu secepat mungkin."
Setiap tahun ratusan Muslim Rohingya mempertaruhkan nyawa mereka dengan menaiki kapal untuk melarikan diri dari kekerasan di Myanmar untuk mencari suaka.
Selama akhir pekan, kapal lain yang membawa 104 orang Rohingya diselamatkan oleh angkatan laut Sri Lanka.
Kapal tersebut pertama kali terdeteksi oleh angkatan laut saat berada 3,5 mil laut dari pantai yang mengarah pada peluncuran operasi pencarian dan penyelamatan untuk menarik kapal tersebut.
"Orang-orang itu telah diserahkan kepada polisi," kata juru bicara angkatan laut Kapten Gayan Wickramasuriya.
"Polisi akan menghadirkan mereka di hadapan hakim yang akan memutuskan langkah selanjutnya."
Lebih dari 900.000 Muslim Rohingya melarikan diri dari Myanmar yang mayoritas beragama Buddha di tengah gelombang kekerasan yang dimulai pada Agustus 2017.
Saat itu militer Myanmar melancarkan “operasi pembersihan” terhadap etnis Rohingya menyusul serangan oleh kelompok pemberontak.
Mayoritas pengungsi berada di kamp-kamp yang penuh sesak di Bangladesh.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)