Zelenskyy Sampaikan Pesan Natal yang Menantang, Setelah Serangan Rusia
Zelenskyy menggambarkan Rusia sebagai 'negara teroris'dan menuduh pasukan Rusia 'membunuh demi intimidasi dan kesenangan'.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KIEV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mendesak rakyatnya untuk bertahan menghadapi serangan Rusia saat negara itu merayakan Natal.
Dalam pidatonya yang menantang pada Sabtu kemarin, ia mengatakan 'kebebasan datang dengan harga tinggi, namun perbudakan memiliki harga yang jauh lebih tinggi'.
Dikutip dari BBC, Minggu (25/12/2022), serangan rudal dan pesawat tak berawak Rusia telah menyebabkan jutaan warga Ukraina terpaksa hidup tanpa listrik, pemanas dan air mengalir.
"Pada Sabtu kemarin, serangan udara Rusia menewaskan 10 orang di kota Kherson selatan Ukraina," kata para pejabat.
Pihak berwenang setempat mengatakan 68 orang lainnya terluka dan meminta penduduk lokal untuk segera mendonorkan darah.
Zelenskyy menggambarkan Rusia sebagai 'negara teroris'dan menuduh pasukan Rusia 'membunuh demi intimidasi dan kesenangan'.
Dalam sebuah unggahan di media sosial, ia menunjukkan gambar jalanan yang dipenuhi mayat dan mobil yang terbakar.
"Dunia harus melihat dan memahami kejahatan absolut apa yang sedang kita lawan," kata Zelenskyy.
Kherson, satu-satunya ibu kota regional yang direbut Rusia sejak melancarkan invasi besar-besaran pada 24 Februari lalu, telah dibebaskan oleh Ukraina pada bulan lalu.
Sejak saat itu, kota itu sering menjadi sasaran pasukan Rusia yang ditempatkan di tepi kiri (Timur) sungai Dnipro.
Baca juga: Begini Cara Pengungsi Ukraina Habiskan Perayaan Natal di Inggris
Di sisi lain, Rusia telah berulang kali membantah menargetkan warga sipil dalam serangannya.
Namun Presiden Rusia Vladimir Putin baru-baru ini mengakui bahwa pasukan Rusia telah menghantam fasilitas energi kritis Ukraina. "Ukraina hidup dan berkembang," kata Zelenskyy kepada Amerika Serikat (AS).
Kebanyakan orang Ukraina beragama Kristen Ortodoks, dan menandai Malam Natal atau hari utama musim perayaan di negara itu pada 6 Januari setiap tahunnya.
Baca juga: Vladimir Putin Siap Hentikan Perang Rusia di Ukraina
Namun, saat ini semakin banyak jemaat yang merayakan hari itu pada 24 Desember, ini sejalan dengan kebiasaan mayoritas umat Kristiani yang tersebar di seluruh dunia.
"Kami bertahan di awal perang. Kami bertahan dari serangan, ancaman, pemerasan nuklir, teror, serangan rudal. Mari bertahan di musim dingin ini karena kami tahu apa yang kami lawan," jelas Zelenskyy dalam pidato videonya kepada negaranya pada Sabtu malam.
Zelenskyy membakar semangat warganya untuk tidak menyerah pada kondisi saat ini.
"Kami akan merayakan liburan kami, seperti biasa. Kami akan tersenyum dan bahagia, seperti biasa. Bedanya hanya satu, kami tidak akan menunggu keajaiban. Lagi pula, kami akan menciptakan keajaiban itu sendiri," tegas Zelenskyy.
Baca juga: Korea Utara Bantah Memasok Senjata ke Rusia, Berbalik Kecam AS yang Kirim Rudal Patriot ke Ukraina
Sementara itu, Wartawan BBC di Kiev, Hugo Bachega mengatakan bahwa Natal kali ini akan terasa gelap dan dingin bagi mayoritas warga Ukraina.
"Bagi banyak orang Ukraina, Natal akan terasa gelap dan dingin. Namun warga Ukraina mengatakan bahwa kesulitan hanya akan membuat mereka lebih kuat, karena perang telah memasuki bulan ke-11," kata Bachega.
Sebelumnya oada Sabtu kemarin, pertempuran sengit berlanjut di wilayah Donbass timur Ukraina, di mana pasukan Rusia menyerang kota strategis Bakhmut.