Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sederet Bencana Alam dan Cuaca Ekstrem di Tahun 2022, dari Gelombang Panas di Eropa Hingga Badai Ian

Panas terik musim panas tahun ini di China yang dilanda kekeringan telah memecahkan rekor, sehingga mengancam nyawa dan produksi pangan.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Sederet Bencana Alam dan Cuaca Ekstrem di Tahun 2022, dari Gelombang Panas di Eropa Hingga Badai Ian
AFP/NIKLAS HALLE'N
Orang-orang menutupi kepala mereka untuk berlindung dari matahari saat mereka berjalan melewati danau Serpentine di Hyde Park, London barat, pada 19 Juli 2022 saat negara itu mengalami gelombang panas yang ekstrem. - Inggris bisa mencapai 40 Celcius (104 Fahrenheit) untuk pertama kalinya, kata para peramal cuaca, menyebabkan kekacauan di negara yang tidak siap menghadapi serangan panas ekstrem yang menurut pihak berwenang membahayakan nyawa. (Photo by Niklas HALLE'N / AFP) 

Letusan gunung api bawah laut itu menyuntikkan awan abu dan sulfur dioksida yang sangat besar ke atmosfer, lebih dari 30 kilometer di atas permukaan laut, menurut data dari satelit NASA.

Saat itu, para ahli mengatakan peristiwa tersebut kemungkinan tidak cukup besar untuk berdampak pada iklim global.

Namun, berbulan-bulan kemudian para ilmuwan menemukan bahwa letusan tersebut benar-benar menyemburkan sejumlah besar uap air ke stratosfer Bumi, yang diperkirakan cukup untuk mengisi lebih dari 58.000 kolam renang ukuran Olimpiade.

Uap air yang sangat besar kemungkinan akan berkontribusi pada lebih banyak pemanasan global di permukaan tanah selama beberapa tahun ke depan, lapor para ilmuwan NASA.

2. Permukaan Sungai Mencapai Rekor Terendah

Temperatur udara yang tinggi, kurangnya curah hujan, dan tumpukan salju yang rendah mendorong beberapa sungai paling vital di dunia ke posisi permukaan air terendah baru di tahun ini.

Italia Utara mengalami kekeringan terburuk dalam lebih dari 70 tahun terakhir. Sungai Po sepanjang 400 mil mencapai rekor terendah karena musim dingin yang luar biasa kering dan tumpukan salju yang terbatas di Pegunungan Alpen.

Baca juga: Hingga 1 Juli 2022 Sudah 12 Warga Meninggal akibat Cuaca Panas di Jepang

BERITA REKOMENDASI

Kekeringan berdampak pada jutaan orang yang bergantung pada Sungai Po untuk penghidupan mereka, dan sekitar 30 persen makanan Italia diproduksi di sepanjang sungai. Selain itu, beberapa produk ekspor Italia yang paling terkenal, seperti keju Parmesan, dibuat di dekat sungai itu.

Sungai Rhein di Jerman, yang juga dialiri oleh tumpukan salju musim dingin di Pegunungan Alpen dan hujan musim semi, turun ke level "sangat rendah" di beberapa daerah, sehingga mengganggu layanan pengiriman di jalur perairan terpenting di negara itu.

Curah hujan yang kecil selama berbulan-bulan membuat kapal kargo di Sungai Rhein mulai membawa muatan yang lebih ringan dan mendorong biaya transportasi melonjak.

Sementara itu di AS, kekeringan ekstrem menyebar ke negara bagian tengah dan alat pengukur di sepanjang Sungai Mississippi dan anak-anak sungainya menunjukkan permukaan sungai telah anjlok.

Permukaan Sungai Mississippi turun sangat rendah sehingga Korps Insinyur Angkatan Darat AS terpaksa membangun tanggul selebar 1.500 kaki untuk mencegah air asin Teluk Meksiko mendorong ke hulu.

3. Badai Nicole

Badai Nicole menerjang negara bagian Florida, Amerika Serikat pada November. Meskipun Badai Nicole datang sebagai badai kategori 1, ia memiliki medan angin besar yang membentang lebih dari 500 mil, ditambah dengan gelombang pasang yang menyebabkan bencana gelombang badai.
Rumah dan bangunan ambruk ke laut di  Volusia County, Florida, dengan pihak berwenang bergegas mengeluarkan peringatan evakuasi.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas