Lacak Varian Baru Virus Covid-19, AS Uji Sampel Air Limbah dari Pesawat Rute Internasional
Amerika Serikat akan mengambil sampel air limbah dari pesawat di penerbangan internasional untuk melacak varian baru virus corona (Covid-19).
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Amerika Serikat sedang mempertimbangkan pengambilan sampel air limbah dari pesawat di penerbangan internasional untuk melacak varian baru virus corona (Covid-19) yang muncul saat kasus infeksi melonjak di China.
Pakar kesehatan yang berbasis di Inggris memperkirakan saat ini ada sekitar 9.000 orang yang meninggal per hari di China lantaran penyakit tersebut.
Dikutip dari The Guardian, Jumat (30/12/2022), usulan pengujian air limbah oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS itu akan memberikan solusi yang lebih baik untuk melacak dan memperlambat masuknya virus itu ke AS.
"Langkah ini dianggap lebih baik jika dibandingkan pembatasan perjalanan baru yang diumumkan pada minggu ini," kata tiga Pakar Penyakit menular.
AS dan sejumlah negara lainnya mengatakan pelancong dari China akan memerlukan tes Covid negatif wajib.
Tanggapan mereka muncul ketika perusahaan data kesehatan yang berbasis di Inggris Airfinity mengatakan bahwa ada sekitar 9.000 orang di China kemungkinan akan meninggal setiap harinya akibat Covid-19.
Angka ini hampir dua kali lipat dari perkiraannya pada seminggu yang lalu.
Infeksi Covid-19 mulai menyebar ke seluruh China pada November lalu, kemudian meningkat pesat pada bulan ini setelah pemerintah menghapus kebijakan nol-Covid termasuk sistem pengujian Polymerase Chain Reaction (PCR) reguler pada populasinya dan publikasi data kasus tanpa gejala.
Baca juga: AS Perketat Akses Masuk Pelancong Asal China, Ini Sebabnya
"Kematian kumulatif di China sejak 1 Desember lalu kemungkinan mencapai 100.000, dengan total infeksi 18,6 juta," kata Airfinity dalam sebuah pernyataan pada Kamis kemarin.
Itu menggunakan pemodelan berdasarkan data dari provinsi China sebelum perubahan baru-baru ini untuk melaporkan kasus diterapkan, katanya.
Airfinity memperkirakan infeksi Covid di China mencapai puncak pertamanya pada 13 Januari dengan 3,7 juta kasus sehari.
Baca juga: Gelombang Penularan Covid-19 Meledak di China, Angka Kematian Tembus 9.000 Per Hari
Angka mereka berbeda dengan beberapa ribu kasus yang dilaporkan oleh otoritas kesehatan China sehari.
Di sisi lain, Badan kesehatan Uni Eropa (UE) mengatakan pada Kamis kemarin bahwa pihaknya meyakini pengenalan wajib skrining Covid-19 di seluruh UE untuk pelancong dari China saat ini 'tidak dapat dibenarkan'.