Lawan Ancaman Kim Jong Un, Korea Selatan Ajak AS Gelar Latihan Militer Dengan Senjata Nuklir
Bahkan sehari sebelum pemerintah Korea Selatan menyampaikan gertakan pada Kim, tiga rudal balistik dikabarkan meluncur ke kawasan perbatasan
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL – Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol menyatakan bahwa negaranya saat ini tengah menjajaki latihan bersama dengan tentara Amerika Serikat menggunakan senjata berkekuatan nuklir, Senin (2/1/2023).
Latihan ini digelar sebagai bentuk perlawanan pemerintah Korea Selatan atas gertakan dan ancaman yang belakangan kerap dilontarkan oleh Korea Utara, dengan meluncurkan serangan rudal balistik antar benua (ICBM).
Baca juga: Korea Utara Sebut Sekjen PBB sebagai Boneka AS setelah Ikut Kecam Uji Coba Rudal ICBM Pyongyang
“Perencanaan dan latihan bersama akan ditujukan untuk implementasi yang lebih efektif dari pencegahan yang diperpanjang" jelas presiden Yoon saat diwawancarai oleh surat kabar Seoul, Chosun Ilbo.
Yoon menjelaskan bahwa senjata nuklir yang akan digunakan selama latihan, nantinya akan dipasok langsung oleh Amerika. Meski peran AS sangatlah penting dalam latihan kali ini, namun untuk perencanaan, pembagian informasi, latihan, dan pelatihan sepenuhnya akan dikendalikan oleh pemerintah Korea Selatan.
Korea Selatan hingga kini belum mengungkap kapan latihan militer tersebut akan digelar, namun melansir dari Reuters rencana latihan gabungan ini di ungkap Yoon sehari setelah pemimpin Korut Kim Jong Un menyerukan langkah agresif, dengan mengembangkan rudal balistik antarbenua baru dan persenjataan nuklir yang lebih besar untuk melawan ancaman yang dipimpin AS.
Bahkan sehari sebelum pemerintah Korea Selatan menyampaikan gertakan pada Kim, tiga rudal balistik dikabarkan meluncur ke kawasan perbatasan pada Sabtu (30/12/2022).
Ketegangan ini diperkirakan akan terus meningkat, bahkan Hong Min seorang peneliti senior di Institut Korea untuk Unifikasi Nasional menilai apabila ketegangan militer yang kini tengah berlangsung dapat melebihi konflik di Semenanjung Korea pada 2017 silam.
Meskinasib Semenanjung Korea tengah berada dalam ancaman, namun Presiden Yoon menegaskan bahwa pihaknya akan tetap mempertahankan Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir.