Xi Jinping Murka Teritorial China Dilintasi Kapal Perang Bersenjata Rudal Milik Militer AS
Kapal perang Chung-Hoo sempat melintasi teritorial China sebelum akhirnya melakukan transit sementara di kawasan selat Taiwan.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Kapal perang bersenjata rudal kelas Arleigh Burke, Chung-Hoo milik angkatan militer Amerika dilaporkan tengah berlayar melintasi perairan Selat Taiwan pada Kamis (5/1/2022).
Melansir dari New York Post, kapal perang Chung-Hoo sempat melintasi teritorial China sebelum akhirnya melakukan transit sementara di kawasan selat Taiwan.
Pemerintah Washington menganggap bahwa wilayah tersebut merupakan perairan yang bebas dan terbuka sehingga pihaknya dapat leluasa melintasi rute tersebut.
Baca juga: Strategi Ambiguitas AS yang Sekarat di Selat Taiwan
Namun, tindakan yang dilakukan AS memicu kemarahan presiden China Xi Jinping, otoritas Beijing bersikeras bahwa Taiwan merupakan bagian wilayah kedaulatannya meskipun negara itu memiliki pemerintahan demokratis sendiri.
"Kapal Chung Hoon yang transit melewati Selat Taiwan menunjukkan Amerika Serikat berkomitmen terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," demikian pernyataan AS.
Kedutaan Besar China di Washington DC, Liu Pengyu, menegakkan negaranya menentang langkah AS, ia juga memerintahkan militer Washington untuk segera berhenti memprovokasi karena tindakannya tersebut dapat meningkatkan ketegangan dan merusak stabilitas perdamaian di Selat Taiwan.
Terlebih tindakan seperti ini kerap dilakukan militer AS, Liu mencatat dalam setahun terakhir kapal perang AS beberakali transit melewati Selat Taiwan dengan alasan sebagai bentuk kebebasan navigasi.
"Kapal-kapal perang AS sering memamerkan kekuatan atas nama mempraktikkan kebebasan navigasi. Ini bukan soal menjaga kawasan bebas dan terbuka," jelas Liu.
Sementara itu Juru bicara Komando Pangkalan Timur Pasukan Pembebasan Rakyat China (People's Liberation Army atau PLA) kini mulai memperketat pengawasan dan penjagaan terhadap kapal yang transit di kawasan selat Taiwan, demi menghindari terjadinya ketegangan serupa.
Sejak tahun 1949, selat Taiwan kerap menjadi sumber ketegangan militer AS dan pemerintah China.
Konflik tersebut kian memanas setelah ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS Nancy Pelosi melakukan kunjungan kerja ke Taiwan pada bulan Agustus tahun lalu.
Meski pemerintah Washington telah menjelaskan bahwa lawatan yang dilakukan Nancy dimaksudkan untuk memperkuat tali perdagangan antara AS dan Taiwan, namun pemerintah China menganggap bahwa langkah itu merupakan bentuk provokasi dari AS agar Taiwan memerdekakan diri dari cengkraman Xi Jinping.
Usai insiden tersebut Beijing lantas menggelar latihan militer dengan meluncurkan 11 rudal ke perairan dekat Taiwan.
Hingga situasi ini pun membuat kawasan perairan Asia menegang selama beberapa minggu.