Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jerman Umumkan Larangan Berkunjung ke China Bagi Warganya Saat Kasus Covid-19 Melonjak

Adapun Prancis, Inggris, Italia, hingga Spanyol, telah terlebih dahulu mengumumkan persyaratan tes Covid-19 bagi pelancong yang datang dari China.

Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Jerman Umumkan Larangan Berkunjung ke China Bagi Warganya Saat Kasus Covid-19 Melonjak
AFP/HECTOR RETAMAL
Pasien dengan tandu terlihat di rumah sakit Tongren di Shanghai pada 3 Januari 2023. - Seorang dokter senior di Rumah Sakit Ruijin Shanghai mengatakan 70 persen populasi kota besar itu mungkin telah terinfeksi Covid-19 selama lonjakan besar kasus di China, lapor media pemerintah pada 3 Januari. (Photo by Hector RETAMAL / AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, BERLIN – Pemerintah Jerman pada Sabtu (7/1/2023) mengeluarkan ‘travel warning’ atau larangan berkunjung ke China bagi warga negaranya menyusul lonjakan kasus Covid-19 yang sedang melanda negeri tirai bambu tersebut.

"Saat ini kami tidak menyarankan perjalanan yang tidak penting ke China. Alasannya adalah China sedang menghadapi lonjakan infeksi Covid-19," kata Kementerian Luar Negeri Jerman dalam sebuah pernyataan di Twitter.

Seperti diketahui, lebih dari selusin negara telah memberlakukan pembatasan bagi para pelancong China.

Baca juga: Update Covid-19 Global 8 Januari 2023: Kasus Aktif 22 Juta, Kasus Baru 389.841

Adapun Prancis, Inggris, Italia, hingga Spanyol, telah terlebih dahulu mengumumkan persyaratan tes Covid-19 bagi pelancong yang datang dari China.

Tak hanya negara Eropa saja yang memperketat kunjungan turis asal China, melainkan Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang pun juga telah menerapkan aturan serupa.

Dikutip dari Channel News Asia, saat ini China tengah menghadapi lonjakan kasus covid-19 menyusul pencabutan kebijakan nol-Covid yang mulai berlaku akhir tahun lalu.

Berita Rekomendasi

China seolah menyembunyikan angka kasus dan angka kematian pasti akibat covid-19. Namun akhir Desember 2022, dilaporkan ada lebih dari 7.000 infeksi baru dan satu kematian. Hanya saja, angka ini berbeda dengan kenyataan di lapangan.

Alhasil, Badan Kesehatan Dunia (WHO) sempat curiga atas tindakan manipulasi data kasus Covid-19 yang dilakukan oleh China. Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan mengatakan bahwa Beijing tidak melaporkan data lengkap dan ia yakin data yang diberikan tidak mewakili angka sesungguhnya.

"Kami tidak mendapatkan data lengkap. Kami yakin jumlah kasus Covid-19 saat ini yang dirilis China kurang mewakili dampak sebenarnya dari penyakit ini" katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas