Begini Hubungan Swedia dan Turki setelah Pembakaran Alquran oleh Rasmus Paludan
Ketegangan antara Swedia-Turki meningkat setelah politisi sayap kanan ekstremis Swedia-Dennis, Rasmus Paludan membakar salinan Alquran di Stockholm.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
Presiden Erdogan mengonfirmasi penentangan Turki terhadap keanggotaan NATO untuk Finlandia dan Swedia.
Dia menolak proposal negara-negara Nordik untuk mengirim delegasi ke Turki untuk mengatasi masalah tersebut.
“Kami tidak akan mengatakan 'ya' kepada [negara-negara] yang menerapkan sanksi kepada Turki untuk bergabung dengan organisasi keamanan NATO,” kata Erdogan pada konferensi pers.
Pernyataan itu merujuk pada keputusan Swedia tahun 2019 untuk menangguhkan penjualan senjata ke Turki atas operasi militernya di negara tetangga Suriah.
Turki juga menuduh kedua negara itu menyembunyikan kelompok "teror", termasuk Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang masuk daftar hitam oleh Ankara, Uni Eropa, dan Amerika Serikat.
Sumber kementerian kehakiman mengatakan kepada kantor berita negara Anadolu pada Senin (23/1/2023), Swedia dan Finlandia telah gagal menanggapi secara positif 33 permintaan ekstradisi Turki selama lima tahun terakhir.
18 Mei 2022
Finlandia dan Swedia secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan aliansi militer terbesar di dunia itu.
Langkah tersebut membutuhkan persetujuan bulat dari 30 anggota aliansi saat ini.
Proses itu diperkirakan akan memakan waktu sekitar dua minggu.
Baca juga: Pemerintah Malaysia Kutuk Tindakan Pembakaran Alquran di Swedia
28 Juni 2022
Turki mencabut hak vetonya atas tawaran NATO Finlandia dan Swedia setelah empat jam pembicaraan sebelum KTT NATO dimulai di Madrid.
Menteri Kehakiman Turki mengumumkan bahwa sebagai bagian dari kesepakatan, negaranya akan mengusahakan ekstradisi 33 tersangka pejuang Kurdi dan tersangka plot kudeta dari Swedia dan Finlandia.
19 Desember 2022
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.