Begini Hubungan Swedia dan Turki setelah Pembakaran Alquran oleh Rasmus Paludan
Ketegangan antara Swedia-Turki meningkat setelah politisi sayap kanan ekstremis Swedia-Dennis, Rasmus Paludan membakar salinan Alquran di Stockholm.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Peristiwa pembakaran salinan Al-Qur'an oleh politisi sayap kanan ekstremis Swedia-Dennis, Rasmus Paludan semakin memperburuk hubungan antara Turki dan Swedia.
Hal itu dilakukan Rasmus Paludan dalam aksi protes yang terjadi di dekat Kedutaan Turki di Stockholm, Swedia, pada Sabtu (21/1/2023).
Di satu sisi, Swedia tengah membutuhkan dukungan Turki untuk bergabung dengan NATO karena kekhawatiran di Eropa terkait invasi Rusia ke Ukraina.
Terbaru, Turki membatalkan rencana kunjungan Menteri Pertahanan Swedia terkait aksi tersebut.
Berikut hubungan terbaru antara Turki dan Swedia, seperti dijelaskan dalam Al Jazeera:
Baca juga: Indonesia Kecam Keras Tindakan Politikus Swedia yang Bakar Alquran saat Demo di Stockholm
12 Mei 2022
Presiden Finlandia, Sauli Niinisto dan Perdana Menteri Sanna Marin mengumumkan, Finlandia harus mendaftar untuk bergabung dengan aliansi militer NATO "tanpa penundaan".
13 Mei 2022
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan tidak mungkin bagi Turki untuk mendukung Swedia dan Finlandia bergabung dengan NATO.
Pernyataan tersebut menandakan adanya halangan rencana kedua negara untuk bergabung dengan NATO..
15 Mei 2022
Pemerintah Finlandia secara resmi mengumumkan niatnya untuk bergabung dengan NATO.
Partai penguasa Swedia menyusul tak lama kemudian.
Baca juga: Pemerintah Malaysia Kutuk Tindakan Pembakaran Alquran di Swedia
16 Mei 2022
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.