Demi Pangkas Emisi Karbon, Uni Eropa Setuju Jadikan Ulat dan Jangkrik Santapan Lezat
Larva ulat bambu hingga jangkrik rumah akan menjadi serangga yang dapat dijual sebagai makanan bagi orang-orang di Uni Eropa (UE).
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Endra Kurniawan
Keputusan Komisi Eropa untuk menyetujui dua serangga baru sebagai makanan, tampaknya bukan bagian dari dorongan untuk mengubah pola makan.
Meskipun dikatakan bahwa konsumsi serangga 'berkontribusi positif terhadap lingkungan dan kesehatan serta mata pencaharian'.
Namun aturan baru mengklarifikasi bahwa larva ulat bambu dan jangkrik rumahan aman dikonsumsi bagi mereka yang tidak alergi.
Komisi Eropa juga memutuskan bahwa makanan yang mengandung serangga harus diberi label.
"Tidak ada yang akan dipaksa makan serangga," kata Komisi Eropa dalam cuitannya pada pekan lalu.
Namun, langkah tersebut dapat mempercepat peralihan ke pola makan yang tidak terlalu merusak lingkungan.
Perlu diketahui, sekitar 35 hingga 60 persen dari berat kering serangga terdiri dari protein.
Serangga lebih baik jika dibandingkan hewan ternak dalam mengubah kalori pada makanannya menjadi kalori di tubuhnya.
Selain itu, serangga juga berkembang biak dan menambah berat badan secara cepat.
Hanya segelintir penelitian yang mencoba mengatasi kerusakan lingkungan akibat mengkonsumsi serangga.
Studi sebelumnya menemukan serangga lebih baik untuk lingkungan jika dibandingkan dengan daging, namun lebih buruk daripada tumbuhan.
Rasa jijik tetap menjadi 'rintangan terbesar'
Namun meyakinkan orang di UE dan Amerika Serikat (AS) untuk mengkonsumsi lebih banyak serangga bisa menjadi hal yang rumit.
Baca juga: Pemerintah Siapkan Aturan Kurangi Emisi Karbon untuk Genjot Produksi Migas
Menurut laporan tahun 2020 dari Organisasi Konsumen Eropa, sebuah kelompok payung yang sebagian didanai oleh UE, tiga perempat konsumen Eropa tidak mau menukar daging dengan serangga dan 13 persen lainnya tidak yakin.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.