Eks PM Inggris Boris Johnson: Putin Mengancam dengan Serangan Rudal Jelang Invasi ke Ukraina
Boris Johnson mengklaim Vladimir Putin mengancamnya dengan serangan rudal menjelang invasi ke Ukraina.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Mantan Perdana Menteri (PM) Inggris, Boris Johnson mengklaim Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengancamnya dengan serangan rudal menjelang invasi ke Ukraina.
Dikutip Al Jazeera, pembicaraan Boris Johnson dengan Putin berlangsung melalui panggilan telepon.
Berbicara kepada BBC untuk sebuah film dokumenter, Johnson mengatakan, Putin bertanya kepadanya tentang prospek Ukraina bergabung dengan NATO.
"Pada satu titik, dia (Putin) mengancam saya," ucap Johnson.
"Dia berkata 'Boris, saya tidak ingin menyakitimu, tetapi dengan misil, itu hanya akan memakan waktu satu menit' atau semacamnya," imbuhnya.
Baca juga: Ukraina dan Wagner Rusia Klaim Kuasai Daerah Blahodatne, Kyiv Sebut Tangkis 13 Serangan di Donetsk
Johnson mengingat telepon itu tersambung cukup lama dan terjadi pada Februari 2022.
Ukraina perlu banyak bantuan
Lebih jauh, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan pasukannya menghadapi situasi sulit di Donetsk.
Zelensky juga menekankan bahwa tentaranya membutuhkan pasokan senjata yang lebih canggih dan persenjataan jenis baru.
Seruan tersebut hanya beberapa hari setelah sekutu, Jerman dan Amerika Serikat (AS) menyetujui untuk menyediakan tank tempur bagi Kyiv.
"Situasi sangat sulit, Bakhmut, Vuhledar, dan sektor lain di wilayah Donetsk – ada serangan Rusia yang konstan,” kata Zelensky dalam pidato video pada Minggu (29/1/2023) malam.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-341: Moskow Tembaki Kherson, Rudal Hantam Apartemen di Kharkiv
“Rusia ingin perang berlarut-larut dan menghabiskan pasukan kita," jelasnya.
"Kita harus mempercepat peristiwa, mempercepat pasokan, dan membuka opsi senjata baru untuk Ukraina," paparnya.
Turki beri isyarat terima Finlandia gabung NATO
Presiden Recep Tayyip Erdogan memberi isyarat bahwa Turki dapat menyetujui Finlandia bergabung dengan NATO tanpa Swedia.
Keputusan ini disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan dengan Stockholm.
“Kami dapat menyampaikan pesan yang berbeda kepada Finlandia [pada aplikasi NATO mereka] dan Swedia akan terkejut ketika mereka melihat pesan kami," jelas Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi pada Minggu (29/1/2023).
Baca juga: 3 Orang Tewas dan 6 Terluka di Kherson setelah Serangan Rusia ke Ukraina
"Tetapi Finlandia seharusnya tidak melakukan kesalahan yang sama seperti yang dilakukan Swedia,” kata Erdogan.
Swedia dan Finlandia mendaftar tahun lalu untuk bergabung dengan NATO dan membutuhkan persetujuan semua negara anggota untuk bergabung.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)