Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Arab Saudi Bahas Kerja Sama Minyak
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Arab Saudi membahas kerja sama minyak melalui panggilan telepon. Mereka juga membahas masalah politik.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan panggilan telepon dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman pada Senin (30/1/2023) untuk membahas tentang proyek minyak.
Putin menelepon untuk mendiskusikan kerja sama Rusia dalam kelompok negara penghasil minyak OPEC+ untuk menjaga stabilitas harga minyak.
Para menteri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, akan mengadakan pertemuan virtual pada hari Rabu (1/2/2023).
Dua delegasi OPEC+ mengatakan panel kemungkinan akan merekomendasikan untuk mempertahankan kebijakan produksi minyak grup saat ini.
Produksi minyak Rusia sejauh ini menunjukkan ketahanan dalam menghadapi sanksi Barat.
Baca juga: Perusahaan Rusia Tawarkan Hadiah 72 Ribu Dolar AS Bagi Tentara Bisa Hancurkan Tank Barat di Ukraina
Selain itu, Rusia juga bertahan terhadap pembatasan harga yang diperkenalkan oleh negara-negara Barat pada bulan Desember 2022, dikutip dari Reuters.
Target produksi minyak OPEC+ tahun 2022 lalu, menyebabkan ketidaksepakatan antara AS dan Arab Saudi.
Namun, Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan, awal bulan ini menunjukkan stabilitas harga minyak saat ini di pasar menunjukkan Kerajaan Arab Saudi membuat keputusan yang tepat.
Kremlin menambahkan, Putra Mahkota Arab Saudi dan Putin juga membahas pengembangan lebih lanjut kerja sama bilateral di bidang politik, perdagangan, ekonomi, dan energi, seperti diberitakan Al Arabiya.
Baca juga: Korea Utara Bantah Persenjatai Kelompok Tentara Bayaran Wagner Rusia
Hubungan Arab Saudi dan Rusia
Persahabatan Arab Saudi dengan Rusia bertepatan dengan pergeseran strategi pasar minyak Saudi di kartel OPEC+.
Kerja sama Arab Saudi dan Rusia telah terbukti tahan lama.
Hubungan Arab Saudi dan Rusia bertahan dari pandemi dan perang harga minyak, serta invasi Ukraina dan isolasi diplomatik Rusia.
Kerja sama pasar minyak rezim Putin dengan Arab Saudi tetap menjadi salah satu dari sedikit tempat yang tersisa bagi presiden Rusia untuk mengerahkan pengaruh geopolitik, seperti dikutip dari penelitian Rice University's Baker Institute for Public Policy.
Baca juga: Sebut Tindakan Rasmus Paludan Provokasi, Rusia Kutuk Aksi Pembakaran Al-Quran di Swedia dan Denmark
Jauh sebelum ini, hubungan Saudi-Rusia dimulai dengan awal yang positif.
Uni Soviet adalah negara pertama yang mengakui Kerajaan Hijaz dan Najd pada tahun 1926.
Uni Soviet lalu memperluas pengakuan ini ke Kerajaan Arab Saudi pada tahun 1932.
Hubungan ini sempat terputus pada tahun 1938 karena sikap anti-monarki pemerintahan Stalin dan munculnya dukungan pada kelompok pro-revolusioner pada tahun 1950-an.
Kemudian, pada tahun 1987, Uni Soviet melakukan kerja sama minyak dengan Arab Saudi.
Hubungan Arab Saudi dan Uni Soviet semakin membaik selama krisis Teluk, ketika Uni Soviet dan AS di Dewan PBB mendorong Irak keluar dari Kuwait, perbatasan Arab Saudi dan Irak.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.