Cerita Para Penyintas Pemboman Masjid di Pakistan yang Alami Trauma
Sedikitnya 100 orang, yang sebagian besar polisi, tewas dan lebih dari 225 orang terluka dalam ledakan bunuh diri pada Senin (30/1/2023).
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
"Saya berhasil menemukan putra saya yang terluka, tertutup debu dan tidak bisa membuka matanya," katanya.
Istri Tariq, saudara perempua dan neneknya terjebak di bawah atap yang runtuh di ruangan lain.
Tariq berhasil menarik putranya dan membawanya ke Rumah Sakit Lady Reading, dan berdoa agar keluarganya yagn lain selamat.
Istri, putra, dan saudara perempuannya berhasil bertahan, tetapi nenek dari pihak ibu, Rasheeda Bibi meninggal dunia.
“Istri saya mengalami patah tulang di kedua kakinya,” kata Tariq kepada Al Jazeera.
Baca juga: 5 Fakta Bom Bunuh Diri di Masjid Pakistan Tewaskan 100 Orang, Sasar Polisi dan Pelaku Diduga Taliban
“Adikku memiliki luka di kepalanya. Anak saya menderita trauma. Nenek saya telah meninggal. Saya tidak punya tempat untuk kembali. Aku tidak punya rumah lagi.”
Beberapa rumah lain di samping masjid, yang merupakan kompleks tempat tinggal polisi juga rusak.
Dampak ledakan itu sangat parah hingga merobohkan atap di atas ruang salat utama masjid, tempat hampir 300 jemaah akan memulai salat.
Lebih lanjut, tidak seperti Rehman, Yaris Khan, seorang polisi juga tinggal di Police Lines mengatakan bahwa insiden itu menggoyahkan kepercayaan dirinya.
“Kami mengetahui serangan terhadap polisi dan petugas keamanan,” kata pria berusia 29 tahun itu kepada Al Jazeera sambil berdiri di dekat puing-puing masjid.
“Kami mengharapkan serangan di pos pemeriksaan. Tapi kami tidak pernah membayangkan serangan terjadi di dalam kompleks kami. Penjagaannya sangat ketat.”
Memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya tidak pernah terpikir olehnya, katanya.
Baca juga: 5 Fakta Bom Bunuh Diri di Masjid Pakistan Tewaskan 100 Orang, Sasar Polisi dan Pelaku Diduga Taliban
“Ini adalah pekerjaan yang memberi makan kami. Ayahku juga di kepolisian," ucapnya.
"Apa lagi yang akan saya lakukan jika bukan ini? Istri saya meminta saya untuk berhenti dari pekerjaan dan kembali ke desa kami, tetapi saya mengatakan kepadanya bahwa tugasnya harus didahulukan.”
Perdana Menteri Pakistan janjikan tindakan tegas bagi pelaku pemboman