Hunian WNI di Turki Rusak Karena Gempa, KBRI Upayakan Buka Rumah Penampungan Sementara
KBRI Turki di Ankara mengatakan gempa bumi berkekuatan Magnitudo 7,8 yang melanda negara itu membuat WNI di Kahramanmaras meninggalkan apartemennya.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Turki di Ankara mengatakan gempa bumi berkekuatan Magnitudo 7,8 yang melanda negara itu membuat Warga Negara Indonesia (WNI) yang bermukim di provinsi Kahramanmaras langsung lari meninggalkan apartemen mereka.
Hal itu karena kekuatan gempa telah menghancurkan apartemen yang mereka huni.
"Sejumlah WNI di Kahramanmaras harus meninggalkan apartemen karena mengalami kerusakan parah," kata KBRI Turki dalam keterangan tertulisnya, Senin (6/2/2023).
Untuk saat ini, KBRI pun sedang berupaya mengadakan rumah sementara untuk menampung para WNI yang mengalami kerusakan hunian.
Langkah ini dilakukan sambil terus melakukan pembaharuan informasi terkait penanganan pasca-gempa dari pihak berwenang.
Baca juga: Gempa Turki, Pakar Ungkap Gempa Susulan Bisa Lanjut Berhari-hari hingga Berbulan-bulan
"KBRI Ankara (Turki) sedang mengupayakan rumah penampungan sementara sambil menunggu penanganan dari otoritas setempat," jelas KBRI Turki.
Hingga saat ini belum ada WNI yang dilaporkan tewas akibat bencana ini.
Dikutip dari laman CNN, menurut badan penanggulangan bencana AFAD, di Turki, sedikitnya 76 orang tewas dan lebih dari 440 terluka.
Baca juga: Gempa Guncang Turki, KBRI Ankara: Apartemen WNI Alami Rusak Parah, Tengah Upayakan Rumah Penampungan
Sedangkan di negara tetangganya, Suriah, setidaknya 237 orang tewas dan lebih dari 630 orang terluka.
Hal ini dilaporkan kantor berita negara Suriah SANA, mengutip seorang pejabat Kementerian Kesehatan negara itu.
Kematian ini dilaporkan terjadi di kota Aleppo, Latakia, Hama dan Tartus.
Menurut kelompok 'White Helmets' yang secara resmi dikenal sebagai Pertahanan Sipil Suriah, sebuah organisasi kemanusiaan yang dibentuk untuk menyelamatkan orang-orang yang terluka dalam konflik, ratusan orang pun kini masih terjebak di bawah reruntuhan.