Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Korban Meninggal di Gempa Turki dan Suriah Naik Jadi 33.000 Jiwa, Beberapa Negara Tarik Bantuan

Sejauh ini sudah ada lebih dari 29.605 orang tewas di Turki dan 3.574  jiwa lainnya di Suriah.

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Korban Meninggal di Gempa Turki dan Suriah Naik Jadi 33.000 Jiwa, Beberapa Negara Tarik Bantuan
AFP/OZAN KOSE
Orang-orang menunggu saat tim penyelamat melakukan operasi pencarian di antara puing-puing bangunan yang runtuh di Kahramanmaras, pada 9 Februari 2023, tiga hari setelah gempa berkekuatan 7,8 melanda Turki tenggara. - Korban tewas akibat gempa besar yang melanda Turki dan Suriah naik menjadi lebih dari 17.100 pada 9 Februari, karena harapan untuk menemukan korban yang selamat terjebak di bawah puing-puing dalam cuaca beku memudar. (Photo by OZAN KOSE / AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com  Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, ANKARA –  Korban meninggal akibat gempa berkekuatan 7,8 SM di Turki dan Suriah kini mencapai 33.000 orang.

Seperti yang dilaporkan Al Jazeera, sejauh ini sudah ada lebih dari 29.605 orang tewas di Turki dan 3.574  jiwa lainnya di Suriah.

Sementara sebanyak 93 ribu orang yang selamat, saat ini telah dievakuasi ke pusat  penampungan yang dibangun Badan Kepresidenan Penanggulangan Bencana dan Urusan Darurat Turki.

Di tengah kondisi Turki yang memprihatinkan, sejumlah negara seperti Jerman, Austria hingga China dilaporkan menarik bantuan kemanusiaan yang akan dikirimkan ke korban gempa  Turki.

Penarikan bantuan tersebut merupakan buntut dari adanya kekacauan yang tidak terkendali akibat bentrok antar kelompok di Turki.

Aksi penjarahan yang melanda wilayah kota Hatay pasca puluhan toko ditinggal pemiliknya, telah memicu konflik lantaran puluhan anggota kelompok tersebut secara membabi buta mulai melancarkan aksi pencurian bersenjata.

Berita Rekomendasi

Situasi yang mengancam ini lantas membuat 82 tentara dari Unit Penanggulangan Bencana Pasukan Austria terpaksa berlindung di sebuah basecamp di Provinsi Hatay Selatan dengan organisasi internasional lainnya, sambil menunggu instruksi.

Meski situasi tersebut telah diamankan otoritas Turki , pasca kejadian tersebut Austria menarik pulang tim bantuan mereka dengan alasan keamanan.

Keputusan serupa juga diambil oleh Jerman, tepat sehari setelah Austria mundur dari Turki Badan Federal untuk Bantuan Teknis (TSW) sebuah lembaga yang mengkhususkan diri dalam membantu korban bencana alam asal Jerman ikut di dipulangkan.

Baca juga: Penjarahan Meluas di Turki, 98 Orang Ditangkap karena Curi Harta Korban Gempa

Menyusul yang lainnya, Pemerintah China disebut telah membatalkan pengiriman tim penyelamat yang akan terbang ke Turki.

Asosiasi China untuk Pencegahan Bencana telah meminta tim penyelamat yang belum berangkat untuk membatalkan perjalanan mereka ke zona bencana di Turki dan Suriah.

Penarikan dilakukan lantaran mereka tidak mau menambah beban negara yang sedang dilanda bencana alam tersebut, terlebih jumlah korban jiwa semakin hari kian membludak. 

Hal ini membuat China pesimistis dengan adanya kemungkinan korban selamat yang terperangkap di cuaca dingin.

Baca juga: Turki Keluarkan Surat Penahanan Terhadap Kontraktor Bangunan Pascagempa Turki-Suriah

“Setelah terjebak selama lima hari dalam kondisi yang relatif dingin, peluang korban untuk bertahan hidup sangat tipis. Jika tim penyelamat domestik berangkat sekarang, mereka berpotensi terlambat tiba,” kata Yang Yanwu, sekretaris jenderal komite professional China.

Sebagai gantinya, Pemerintah China menawarkan paket bantuan kepada Turki senilai 40 juta Yuan dan 30 juta yuan dalam bantuan kemanusiaan darurat ke Suriah.

Setelah beberapa menarik bantuannya seorang dokter Suriah di rumah sakit bersalin di provinsi Idlib mengungkap kondisi kritis yang terjadi di wilayahnya.

Lambatnya bantuan pengiriman alat medis membuat rumah sakit menunda sejumlah operasi darurat.

Baca juga: Pemerintah Indonesia Kirim Tim Medis dan Logistik Tahap Awal untuk Korban Gempa Turki-Suriah

Kurangnya pasokan makanan, minuman, dan tenda pengungsian menyebabkan ratusan orang hidup dalam keterbatasan.

"Bantuan datang sangat lambat. Jika bayi Anda memerlukan operasi darurat  kami tidak dapat melakukannya karena peralatan medis belum tiba," ujar Ikram Habbaoush, anggota Masyarakat Medis Amerika Suriah.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan sempat memperingatkan bencana kemanusiaan kedua dapat terjadi apabila para penyintas tidak segera mendapatkan tempat berlindung, makanan, air dan obat dengan cepat.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas