Pakistan Dilanda Krisis Valuta Asing, Produsen Ban hingga Onderdil Mobil Kompak Gulung Tikar
Aturan izin pengiriman dari bank komersial Pakistan yang semakin rumit juga mendorong Ghandhara menghentikan produksi ban.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, ISLAMABAD – Krisis valuta asing yang menghantam Pakistan tak hanya membuat sengsara jutaan warga, namun turut mendorong produsen kendaraan termasuk pabrik ban hingga pabrik onderdil mobil untuk menutup operasinya di Pakistan.
Suzuki Motor Corp misalnya, raksasa otomotif asal Jepang ini terpaksa menghentikan operasi pabriknya di Pakistan per tanggal 21 Februari nanti, setelah kekurangan suku cadang akibat krisis yang menimpa ekonomi Pakistan.
Kondisi serupa juga dialami oleh perusahaan Ban dan Karet Ghandhara, dalam pernyataan resminya juru bicara Ghandhara menjelaskan bahwa operasi pabriknya terpaksa ditutup sejak 13 Februari 2023 karena perusahaan menghadapi rintangan besar untuk mengimpor bahan mentah.
Baca juga: Hindari Gulung Tikar, Peritel Bed Bath And Beyond Tutup 87 Gerai
Tak hanya itu aturan izin pengiriman dari bank komersial Pakistan yang semakin rumit juga mendorong Ghandhara menghentikan produksi ban dan tabung untuk sementara waktu.
“Inflasi multi-dekade membuat permintaan keseluruhan telah berkurang 65 persen hingga Suzuki, unit lokal Honda Motor Co dan Toyota Motor Corp juga mengalami penutupan pabrik selama berminggu-minggu,” jelas Tahir Abbas, kepala penelitian dan investasi di Arif Habib Ltd.
Lebih lanjut, selain industri otomotif krisis persediaan uang tunai yang melanda Pakistan selama beberapa bulan terakhir juga membuat dua produsen pupuk, baja dan tekstil turut menangguhkan operasi hingga batas waktu yang tak ditentukan.
Imbas penutupan pabrik tersebut, diperkirakan akan membuat ekonomi Pakistan kian menghadapi kesengsaraan yang berkepanjang. Lantaran penangguhan operasi berpotensi mendorong lonjakan angka pengangguran di tengah ancaman krisis.
Selain itu penangguhan operasi juga dapat mendorong perlambatan ekonomi Pakistan hingga 1,25 persen pada Juli 2023, seperti yang dikutip dari Bloomberg.
“Penutupan ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan tingkat pengangguran di negara ini, bahkan situasi kali ini menjadi sangat kritis dibandingkan dengan krisis yang kita lihat pada 2018 atau 2008,” jelas Abbas.
Sebelum mengalami mengalami kebangrutan pemerintah Pakistan sempat memberlakukan sejumlah kebijakan termasuk menutup pusat perbelanjaan, seperti mal dan toko lebih awal. Toko harus tutup pukul 20.30 sementara restoran 22.00 waktu setempat.
Cara ini diambil guna menghemat energi sebanyak 30 persen, namun sayangnya langkah tersebut belum mampu mencegah pembengkakan dana impor untuk pembelian energi. Justru selama awal tahun kemarin sisa devisa Pakistan telah turun lagi ke level terendah dalam hampir sembilan tahun yakni sebesar 3,7 miliar dolar AS
“Pakistan hari ini berdiri di persimpangan jalan di mana kami berusaha untuk menghemat setiap sen," katanya Perdana Menteri Pakistan, Shahbaz Sharif .