Turki Akhiri Operasi Penyelamatan Korban Gempa di Sembilan Provinsi
Kahramanmaras merupakan provinsi yang paling parah terkena dampak gempa dengan kerusakan bangunan mencapai 80 persen.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, ISTANBUL – Pemerintah Turki memutuskan untuk mengakhiri operasi pencarian dan penyelamatan korban gempa di sembilan provinsi pada Minggu (19/2/2023).
"Upaya pencarian dan penyelamatan di sebagian besar provinsi telah selesai. Mereka melanjutkannya di Provinsi Kahramanmaras dan Hatay," kata Yunus Sezer, kepala badan penanggulangan bencana Turki (AFAD).
Kahramanmaras merupakan provinsi yang paling parah terkena dampak gempa dengan kerusakan bangunan mencapai 80 persen.
Adapun korban yang selamat terus ditemukan di bawah reruntuhan. Akhir pekan kemarin, tim SAR Turki berhasil mengevakuasi sepasang suami istri dan anak mereka yang berusia 12 tahun di Provinsi Hatay.
Baca juga: Gempa Turki-Suriah, Tim Penyelamat Rawat Hewan yang Selamat dari Reruntuhan Bangunan
Sezer lebih lanjut mengatakan lebih dari 1,2 juta orang telah dievakuasi dari zona bencana gempa yang berada di tenggara Turki. Selain itu lebih dari 1 juta penduduk juga telah dievakuasi ke tempat pengungsian sementara di provinsi masing-masing.
Adapun total korban tewas akibat gempa bumi yang mengguncang Turki dan Suriah Senin (6/2/2023) telah mencapai lebih dari 46.000 orang.
Diramal Diguncang Gempa Besar pada 2030
Ancaman gempa besar kembali menghantui penduduk Turki usai sejumlah penelitian dan ahli seismolog memprediksi kawasan Istanbul akan kembali diguncang gempa bumi besar pada 2030.
Prediksi ini diungkap, setelah gempa berkekuatan magnitudo 7,8 menghantam Turki dan Suriah pada 6 Februari lalu hingga menewaskan lebih dari 45 ribu jiwa sementara jutaan orang kehilangan tempat tinggal akibat insiden tersebut.
"Gempa besar dengan perkiraan lebih dari 7.5 magnitudo diprediksi akan terjadi di Istanbul. Gempa semacam itu bisa menyebabkan kematian ratusan ribu orang dan juga total bangunan roboh dan rusak parah sekitar 50 ribu sampai 200 ribu," kata Seorang sarjana perkotaan Turki, Murat Gurney.
Melansir dari Ndtv, Istanbul sendiri merupakan wilayah yang terletak dibawah patahan utama di Turki.
Apabila sejumlah garis patahan di wilayah tersebut saling bergesekan maka hal itu berpotensi menyebabkan getaran energi besar yang dapat memicu pergerakan lempeng tanah.
Meski masih prediksi, namun bila kekhawatiran itu benar terjadi maka diperkirakan jumlah korban jiwa yang terdampak gempa Istanbul pada 2030 akan jauh lebih besar dari gempa sebelumnya.
Terlebih Istanbul sendiri merupakan kota terbesar dan rumah bagi 16 sampai 20 juta warga Turki.
Gurney menjelaskan korban jiwa dalam jumlah besar bisa terhindar bila pemerintah Turki segera mempercepat relokasi para warga yang tinggal di bangunan tak layak dan tempat kumuh. Karena penundaan relokasi penduduk bisa menyebabkan malapetaka di masa depan.
"Bangunan berisiko tinggi, yang mayoritas liar dan tidak tahan gempa, harus segera ditransformasi cara ini perlu diambil agar bangunan tersebut tidak roboh bahkan terhadap gempa kecil sekali pun," tambah Gurney.
Baca juga: Populer Internasional: Menteri Luar Negeri AS dan China Bertemu - Korban Gempa Turki Mencapai 46.000
Selain melakukan pemindahan, Gurney juga menghimbau pemerintah Turki untuk menggelontorkan dana pencegahan gempa guna membangun sejumlah bangunan tahan gempa.
Kendati ancaman gempa terus menghantui masyarakat Turki, namun Guney mengatakan masih ada peluang baik bagi Istanbul lantaran kota ini memiliki 150 ribu bangunan tahan gempa yang masih belum ditempati.
"Jumlah bangunan kosong cukup untuk mereka yang mau pindah dari bangunan risiko tinggi. Namun, keputusan tersebut hingga kini belum pernah diambil oleh pemerintah pusat," tutup Gurney.