Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Presiden Volodymyr Zelensky Pecat Komandan Tinggi Ukraina Tanpa Ungkap Alasan

Eduard Moskalyov telah menjabat sebagai komandan pasukan gabungan Ukraina tetapi kini telah dibebaskan dari tugasnya, menurut situs presiden.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
zoom-in Presiden Volodymyr Zelensky Pecat Komandan Tinggi Ukraina Tanpa Ungkap Alasan
Sergei SUPINSKY / AFP
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky saat konferensi pers bersama dengan mitranya dari Finlandia setelah pembicaraan mereka di Kyiv, pada 24 Januari 2023, di tengah invasi militer Rusia di Ukraina. 

TRIBUNNEWS.COM - Volodymyr Zelensky telah memecat salah satu komandan militer top Ukraina, tanpa mengatakan alasannya.

Zelensky mengumumkan langkah pemecatan Eduard Moskalyov dalam keputusan satu baris di situs web Presiden Ukraina.

Dilansir Sky News, Moskalyov bertugas sebagai pemimpin pasukan gabungan Ukraina.

Ia terlibat dalam pertempuran sengit di wilayah Donbas di timur.

Moskalyov menjabat sejak Maret 2022, tak lama setelah Rusia menginvasi Ukraina.

Langkah itu dilakukan ketika tentara Ukraina di Bakhmut terus menghadapi serangan tanpa henti dari pasukan Rusia.

Baca juga: Setahun Invasi Rusia, Sumbangan Kripto ke Ukraina Mencapai 70 Juta Dolar AS

Jauh dari garis depan, sirene serangan udara meraung di ibu kota Kyiv dan kota-kota lain dalam semalam.

Berita Rekomendasi

Serangan rudal Rusia juga menewaskan satu orang di kota Khmelnytskyi di barat.

Di Ukraina yang diduduki, lebih dari belasan ledakan yang tidak dapat dijelaskan terjadi di sekitar kota Mariupol, menurut intelijen Inggris.

Kementerian Pertahanan mengatakan lokasi ledakan di antaranya dua depot bahan bakar dan pabrik baja yang digunakan Rusia sebagai pangkalan militer.

"Rusia kemungkinan akan khawatir bahwa ledakan yang tidak dapat dijelaskan terjadi di zona yang mungkin sebelumnya dinilai berada di luar jangkauan kemampuan serangan Ukraina," kata kementerian tersebut.

Eduard Moskalyov (kiri)
Eduard Moskalyov (kiri) (via Sky News)

Baca juga: Presiden Zelensky Ingatkan Orang AS yang Tak Dukung Ukraina: AS Bisa Kehilangan Banyak Hal

Sementara itu, AS dan sekutu NATO-nya berjuang untuk menghalangi China memberikan bantuan militer untuk perang Moskow.

AS membuat komentar publik atas keyakinan mereka bahwa Beijing sedang mempertimbangkan untuk menyediakan peralatan mematikan yang mungkin termasuk drone.

Ketakutan Barat terhadap China membantu mempersenjatai Rusia muncul saat pasukan Moskow berjuang mendapatkan keuntungan di sekitar Ukraina timur, dan saat Kyiv mempersiapkan serangan balasan dengan senjata canggih Barat, termasuk tank tempur.

"Beijing harus membuat keputusan sendiri tentang bagaimana kelanjutannya, apakah akan memberikan bantuan militer - tetapi jika jalan itu ditempuh, itu akan menimbulkan kerugian nyata bagi China," kata penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan kepada CNN.

Mantan presiden Rusia: Pasokan senjata ke Kyiv berisiko bencana global

Masih mengutip Sky News, mantan presiden Rusia mengatakan pasokan senjata yang terus berlanjut ke Kyiv berisiko menimbulkan bencana nuklir global.

Dmitry Medvedev mengatakan pengiriman senjata mencegah kemungkinan menghidupkan kembali negosiasi, dalam sambutannya yang diterbitkan di surat kabar Rusia Izvestia.

"Musuh kita melakukan hal itu, tidak ingin memahami bahwa tujuan mereka pasti akan menyebabkan kegagalan total."

"Kerugian bagi semua orang. Kehancuran. Kiamat."

"Di mana Anda melupakan kehidupan lama Anda selama berabad-abad, sampai puing-puing berhenti memancarkan radiasi."

Retorika apokaliptik sekutu Putin telah dilihat sebagai upaya untuk mencegah aliansi militer NATO pimpinan AS dan sekutu Barat Kyiv agar tidak lebih terlibat dalam perang.

Selasa (21/2/2023) lalu, Vladimir Putin menyatakan bahwa Moskow menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian nuklir utama dengan AS yang membatasi persenjataan nuklir strategis kedua pihak.

Perjanjian New START membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat digunakan AS dan Rusia.

Berdasarkan perjanjian tersebut, Moskow dan Washington berkomitmen untuk mengerahkan tidak lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir strategis dan maksimal 700 rudal jarak jauh dan pembom.

Putin mengatakan Rusia tidak dapat menerima inspeksi AS atas situs nuklirnya di bawah pakta tersebut, sementara Washington dan sekutu NATO menginginkan kekalahan Rusia di Ukraina.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas