Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

China-Filipina Memanas, Presiden Marcos Jr Desak Militer Fokus di Laut China Selatan

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengatakan militer negaranya harus segera fokus pada perlindungan integritas teritorial.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Endra Kurniawan
zoom-in China-Filipina Memanas, Presiden Marcos Jr Desak Militer Fokus di Laut China Selatan
Fabrice COFFRINI / AFP
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr berbicara selama sesi di pusat Kongres selama pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos pada 18 Januari 2023. Marcos Jr mendesak militer berfokus pada keamanan di di Laut China Selatan setelah terjadinya ketegangan China-Filipina. 

TRIBUNNEWS.COM - Hubungan China dan Filipina kembali memanas.

Beberapa pekan kemarin, Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr memanggil Duta Besar China di Manila atas insiden penggunaan laser kelas militer oleh penjaga pantai China yang membutakan awak kapal patroli Filipina di Laut China Selatan.

Kini,  Marcos Jr memerintahkan militernya untuk fokus mengamankan integritas teritorial di Laut China Selatan.

Komentar tersebut ia sampaikan dalam pidato kepada angkatan bersenjata Filipina, Senin (27/2/2023).

"Saya mengatakan kepada misi Anda di Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) telah berubah," kata Marcos Jr kepada pasukannya,.

"Selama bertahun-tahun, kami dapat mempertahankan perdamaian itu dan mempertahankan pemahaman dengan semua tetangga kami," imbuhnya.

Baca juga: Ferdinand Marcos Jr Panggil Duta Besar China soal Insiden Laser di Laut China Selatan

"Sekarang semuanya sudah mulai berubah dan kita harus menyesuaikannya," jelasnya.

Berita Rekomendasi

Marcos Jr menuturkan batas-batas Filipina sedang dipertanyakan dan ada banyak hal yang terjadi.

"Angkatan udara memiliki misi yang sangat besar untuk sepenuhnya mengamankan Filipina," tegasnya.

Meski tidak menyebut nama China dalam pidatonya, ia menggarisbawahi bahwa kebijakan luar negeri Filipina tetap berkomitmen pada perdamaian.

"Meski merupakan negara yang relatif kecil, kita tetap harus memperjuangkan hak setiap orang Filipina karena Filipina adalah negara yang berdaulat," paparnya.

Ketegangan di Laut China Selatan

China, Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan, dan Brunei telah terkunci dalam kebuntuan teritorial yang semakin tegang di Laut China Selatan.

Situs tersebut merupakan tempat kapal Angkatan Laut dan jet tempur Amerika Serikat (AS) melakukan patroli untuk mempromosikan kebebasan bergerak, menantang klaim ekspansif Beijing dan meyakinkan sekutu seperti Filipina.

Baca juga: Jalan-jalan ke Gedung Sarinah, Jokowi “Hadiahi” Presiden Filipina Marcos Jr Sebuah Lukisan

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr berbicara selama sesi di pusat Kongres selama pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos pada 18 Januari 2023.
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr berbicara selama sesi di pusat Kongres selama pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos pada 18 Januari 2023. (Fabrice COFFRINI / AFP)

Perselisihan telah meningkat sejak China mengubah beberapa terumbu karang yang disengketakan menjadi pangkalan pulau yang dilindungi rudal untuk memperkuat klaimnya atas hampir keseluruhan Laut China Selatan.

Sengketa maritim dianggap sebagai kemungkinan titik nyala Asia dan front yang rumit dalam persaingan AS-China di wilayah tersebut.

Dikutip Philippine News Agency, awal bulan ini, Manila menuduh penjaga pantai China mengarahkan "laser tingkat militer" ke salah satu kapal penjaga pantainya yang mendukung misi pasokan pasukan di sebuah atol di Ayungin Shoal, yang juga dikenal sebagai Second Thomas Shoal.

Duta Besar Filipina untuk AS Jose Manuel Romualdez mengatakan kepada kantor berita Reuters pada hari Senin bahwa Filipina sedang dalam pembicaraan untuk kemungkinan memasukkan Australia dan Jepang dalam rencana patroli bersama di Laut China Selatan dengan AS.

Baca juga: Alasan Jokowi Ajak Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr Jalan-jalan ke Sarinah

Jika rencana itu terwujud, itu akan menjadi pertama kalinya Filipina bergabung dalam patroli maritim multilateral di Laut China Selatan.

Ini merupakan sebuah langkah yang kemungkinan besar akan membuat marah Beijing, yang mengklaim sebagian besar laut itu sebagai wilayahnya.

Kementerian Luar Negeri Australia dan Jepang serta kedutaan besar AS dan China di Manila tidak segera menanggapi permintaan komentar secara terpisah.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas