Pasokan Senjata Mandek, Bos Wagner Sebut Nasib Tentara Bayaran di Bakhmut Bak di Neraka
Grup Wagner Rusia, Yevgeny Prigozhin menjelaskan kondisi pasukannya yang berada di sekitar kota Bakhmut Ukraina kini tengah terdesak.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Kepala pasukan tentara bayaran Grup Wagner Rusia, Yevgeny Prigozhin menjelaskan kondisi pasukannya yang berada di sekitar kota Bakhmut Ukraina kini tengah terdesak.
Dalam unggahan video berdurasi hampir empat menit yang diterbitkan di saluran Telegram Wagner Orchestra, Bos Prigozhin mengatakan garis depan Rusia di Bakhmut bisa runtuh.
Ancaman ini dilontarkan lantaran Kremlin tak kunjung mengirimkan pasokan senjata dan sejumlah amunisi yang telah dijanjikan sejak Februari lalu.
Baca juga: Grup Wagner Klaim Telah Kalahkan Unit Militer Ukraina Bernama Boris Johnson
“Jika Wagner mundur dari Bakhmut sekarang, seluruh barisan depan akan runtuh. Situasinya sangat mirip dengan neraka, tidak akan manis untuk semua formasi militer yang melindungi kepentingan Rusia,” jelas Prigozhin pada Sabtu (4/3/2023).
Mandeknya pasokan senjata bukan kali pertama yang dialami pasukan Wagner, Kepala tentara bayaran secara teratur mengkritik kepala pertahanan dan jenderal tinggi Rusia karena sejak bulan lalu pemerintah Rusia dengan menahan pasokan amunisi .
Prigozhin menuduh Menteri Pertahanan Sergei Shoigu telah melakukan penghianatan untuk menghancurkan Wagner Group dengan mencegah tentara-tentara bayaran mendapatkan amunisi dan pasokan senjata selama di medan perang.
“Untuk saat ini, kami mencoba mencari tahu alasannya apakah ini hanya birokrasi biasa atau pengkhianatan,” kata Prigozhin.
Sebelum nasib pasukan Wagner berada diujung tanduk, Bakhmut sempat ditinggali 70.000 tentara hingga membuat kota ini jadi populasi terbesar yang ditinggali pasukan Rusia di Ukraina.
Akan tetapi setelah Kremlin menunda paket pengiriman senjata, perlahan Wagner mengalami kemunduran ditengah memanasnya serangan Meriam dan rudal Ukraina, membuat pasukan yang masih berada di garis depan hanya tersisa sekitar 10.000 orang.
“Situasi di Bakhmut dapat dikatakan kritis, kerugian Rusia mencapai 500 tewas dan terluka setiap hari,” kata Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov kepada surat kabar Jerman Bild am Sonntag.
Baca juga: Kepala Wagner Group Tuduh Militer Rusia Enggan Sediakan Cukup Amunisi untuk Tentara Bayarannya
Pasukan Rusia Menolak Perintah Menyerang
Usai pemerintah Rusia menahan pasokan senjata ke wilayah Bakhmut, pasukan dari Brigade ke-155 Rusia dilaporkan mulai menolak perintah Kremlin untuk maju melakukan serangan di dekat Vuhledar, barat daya kota Donetsk.
Tak dijelaskan mengapa para pasukan tersebut menolak untuk mematuhi perintah. Namun menurut Kyiv penolakan tersebut dilakukan karena mereka telah menderita kerugian besar baru-baru ini.
“Para pemimpin brigade dan perwira senior menolak untuk melanjutkan serangan baru yang tidak masuk akal seperti diminta oleh komandan mereka untuk menyerbu posisi Ukraina yang dipertahankan dengan baik dengan sedikit perlindungan atau persiapan," kata militer Ukraina dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: AS Sebut 30 Ribu Tentara Bayaran Wagner Jadi Korban Perang Rusia Vs Ukraina
Kemunduran pasukan Rusia di Ukraina telah mendorong munculnya isu negatif di kalangan publik terkait adanya kemunduran eskalasi pasukan, hingga memicu keraguan masyarakat Rusia pada kemampuan para komandan pasukan di medan tempur.
Meski tengah dihantam beragam isu negatif, namun hal tersebut tak membuat Menteri Pertahanan Rusia Shoigu mengurungkan niatnya untuk melakukan kunjungan langka ke pasukannya di Ukraina.
Dalam pertemuan dengan para komandan di wilayah Donetsk, Shoigu berjanji akan memberikan perhatian khusus pada kondisi pasukan Moskow, termasuk akomodasi personel yang aman dalam kondisi lapangan, pengorganisasian dukungan komprehensif untuk pasukan, dan pekerjaan unit medis dan logistic.
Mengutip dari SCMP upaya ini dilakukan untuk membersihkan nama baik pemerintah Rusia yang belakangan dituding melakukan pengkhianatan terhadap para pasukannya di medan tempur.