Kremlin Putus Komunikasi dengan Wagner Rusia, Yevgeny Prigozhin Minta Bantuan Media
Pemerintahan Vladimir Putin di Kremlin memutus komunikasi dengan Wagner Rusia karena desakan soal amunisi, Yevgeny Prigozhin minta bantuan media.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Wagner Rusia, Yevgeny Prigozhin mengatakan Pemerintah Rusia memutus saluran komunikasi dengan grupnya.
Pemutusan akses ini terjadi saat Yevgeny Prigozhin gencar meminta bantuan amunisi pada Kementerian Pertahanan Rusia.
“Untuk menghentikan saya meminta amunisi, mereka mematikan semua saluran telepon khusus (pemerintah) di semua kantor dan unit (Wagner)," katanya melalui Telegram, dikutip dari The Moscow Times.
Yevgeny Prigozhin mengaku tidak dapat berbuat untuk mendesak pemerintah Rusia.
Ia meminta bantuan dari media dan rakyat Rusia agar membantunya menekan tentara Rusia untuk berbagi persediaan amunisi dengan Wagner.
Baca juga: Rusia Gunakan Rudal Hipersonik dalam Rentetan Serangan Baru di Ukraina
Ia mengaku persediaan amunisinya belum membaik, meski sudah ada perbaikan.
Yevgeny Prigozhin menginginkan lebih banyak pasokan, terutama untuk pasukannya di garis depan.
“Sekarang saya hanya bisa meminta lebih banyak pasokan melalui media dan kemungkinan besar akan melakukannya,” katanya, dikutip dari Express UK.
Dalam pesan Telegram itu, Yevgeny Prigozhin mengatakan orang-orang di pemerintahan Rusia memblokir semua akses komunikasi.
“Mereka telah memblokir semua izin masuk ke lembaga negara yang membuat keputusan.
“Saya tidak akan menyebutkan nama mereka agar tidak mendiskreditkan mereka dengan cara apapun. Jadi sekarang saya hanya bisa bertanya melalui media,” katanya.
Baca juga: Update Perang Rusia vs Ukraina Hari ke-380 Invasi: 6 Rudal Hipersonik Gempur Pasukan Zelensky
Kremlin Abaikan Seruan Wagner soal Pasukan Amunisi
Grup Wagner menjadi sorotan selama beberapa bulan terakhir karena Yevgeny Prigozhin terus mendesak pemerintah Rusia untuk mengirim amunisi.
Saat ini, grup Wagner yang berada di Bakhmut sedang menghadapi masa sulit karena persediaan amunisi yang semakin menipis, dikutip dari Business Insider.