Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mantan Presiden Taiwan: Kita Semua Adalah Orang China

Ia juga menunjukkan bahwa Taiwan dan China memiliki nenek moyang yang sama dari rakyat mereka.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Mantan Presiden Taiwan: Kita Semua Adalah Orang China
Sam Yeh via AFP.
Mantan Presiden Taiwan Ma Ying-jeou mengatakan orang-orang di kedua sisi Selat Taiwan adalah etnis China dan memiliki nenek moyang yang sama. 

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Mantan Presiden Taiwan Ma Ying-jeou telah menetapkan langkah untuk perjalanan bersejarah '12 hari ke China' dengan menyerukan hubungan yang lebih damai antara Taiwan dan China.

Ia juga menunjukkan bahwa Taiwan dan China memiliki nenek moyang yang sama dari rakyat mereka.

"Kita semua orang Tionghoa (China), orang-orang di kedua sisi selat Taiwan adalah orang Tionghoa dan keduanya keturunan kaisar Yan dan Kaisar Kuning," kata Ma di Nanjing China pada Selasa kemarin, di mana dia berbicara di depan mausoleum Sun Yet-sen




Dikutip dari laman Russia Today, Rabu (29/3/2023), Ma menjadi orang pertama atau mantan kepala pemerintahan Taiwan pertama yang mengunjungi China daratan ketika pesawatnya tiba pada Senin sore di Shanghai.

Baca juga: Honduras Hanya Akui 1 China, Pilih Putus Hubungan Diplomatik dengan Taiwan

Ia melakukan perjalanan di tengah meningkatnya ketegangan antara Taiwan dengan China.

China telah menggenjot latihan militer di Selat Taiwan pada tahun lalu dan berjanji untuk kembali bersatu dengan pulau itu, jika perlu dengan tindakan kekerasan.

Di sisi lain, Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa di Taiwan telah mengkritik perjalanan Ma ke China.

BERITA TERKAIT

Partai tersebut mencatat bahwa itu terjadi hanya beberapa hari setelah China merebut Honduras, salah satu dari sedikit sekutu pulau yang memiliki pemerintahan sendiri dan menuduh partai oposisi Kuomintang (KMT) mendukungnya.

Ma pun tetap menjadi pemimpin senior KMT setelah digantikan sebagai Presiden oleh Tsai Ing-wen dari DPP pada 2016.

Ma yang berusia 73 tahun dan bergabung dalam perjalanan enam kotanya dengan mantan pembantunya dan sekelompok mahasiswa, tidak memiliki rencana untuk bertemu dengan pejabat pemerintah China.

"Saya berharap dapat meningkatkan suasana lintas selat melalui interaksi yang antusias dari anak muda, sehingga perdamaian dapat datang kepada kita lebih cepat," jelas Ma, sebelum berangkat dari Taiwan pada Senin lalu.

Ma berkeliling China saat Tsai bersiap untuk berangkat pada Rabu ini untuk melakukan kunjungannya ke Amerika Serikat (AS), di mana ia diharapkan bertemu dengan Ketua DPR Kevin McCarthy di California.

Sebelumnya, mantan Ketua DPR Nancy Pelosi membuat marah China dengan mengunjungi Taiwan pada Agustus lalu.

Saat itu Pelosi menentang peringatan dari pejabat China bahwa perjalanan itu akan mendorong separatis Taiwan dan merusak kedaulatan China atas pulau itu.

China menanggapi kehadiran Pelosi di Taiwan dengan memutuskan hubungan militer dan iklim dengan AS.

Ma juga membuat sejarah pada 2015, saat bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Singapura, menandai pertemuan puncak pertama sejak pemerintah nasionalis mantan pemimpin Taiwan Chiang Kai-shek melarikan diri ke pulau itu pada 1949.

"Kami sangat berharap kedua belah pihak akan bekerja sama, bersama-sama untuk mengejar perdamaian, menghindari perang, dan berusaha untuk merevitalisasi China. Ini adalah tanggung jawab yang tak terhindarkan dari orang-orang China di kedua sisi Selat, dan kita harus bekerja keras untuk menjalin hubungan baik," tegas Ma.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas