Kasus Bunuh Diri Pemagang Indonesia di Jepang Ramai di Media Sosial
Kasus bunuh diri pemagang dari Indonesia ramai di media sosial di Jepang hingga saat ini (10/4/2023) lebih sekitar 1000 orang mendiskusikannya
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kasus bunuh diri pemagang Indonesia ramai di media sosial di Jepang hingga saat ini (10/4/2023) lebih sekitar 1000 orang mendiskusikannya, dimunculkan oleh Instagram Kerja di Jepang oleh Tio Doddy (41) untuk mengingatkan susahnya kerja di Jepang.
"Tanggal 25 Agustus 2022 negeri Sakura gempar ditemukan mayat pemuda menggantung diri di bawah jembatan Ayasegawa Saitama," ungkap Tio yang mengupload video sekitar jam 11 malam Selasa lalu (4/4/2023).
Tio mengingatkan, kerja di Jepang dalam realitas tidak semudah tidak seindah yang dibayangkan semula oleh banyak orang.
Asep Arifin (22) asal desa Buntu Kroya Cilacap Jawa Tengah meninggal Agustus tahun lalu (2022) bunuh diri di bawah jembatan.
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tokyo (KBRI) membenarkan kejadian yang terjadi pada 25 Agustus itu.
“KBRI Jepang sudah menangani kasus ini sejak 25 Agustus 2022,” demikian cuitan KBRI Tokyo melalui akun Twitter resminya.
Asep diberitakan bunuh diri di Sungai Ayasegawa berdomisili di Prefektur Saitama, Jepang.
Dia baru datang pada April 2022 untuk terlibat dalam pembangunan pipa air. Empat bulan kemudian bunuh diri disana.
Kedutaan Besar Indonesia di Tokyo telah mengkonfirmasi bahwa tubuh pria itu diperlakukan dalam Islam, “Mari sama-sama berdoa agar almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisinya,” lanjut KBRI Jepang melalui Twitter.
"Pemuda menggantung diri di bawah jembatan Ayasegawa Saitama Jepang bernama Asep Arifin. Entah mengapa dia menghabiskan nyawanya dnegan gantung diri," ungkap Instagram tersebut.
Hingga kini belum diketahui penyebab kematian pria tersebut.
Bunuh diri adalah hal biasa di Jepang, dan menurut sebuah studi oleh University of Tokyo, pandemi meningkatkan jumlah bunuh diri sebesar 8.000 dari Maret 2020 hingga Juni 2022.
Penduduk berusia dua puluh tahun adalah kelompok terbesar dengan 1.837 kasus bunuh diri akibat pandemi, terhitung 30 persen dari semua kasus bunuh diri di Negeri Sakura.