Beri Sinyal Ancaman ke China, UE Serukan Patroli Militer di Selat Taiwan
Pejabat Uni Eropa, Josep Borrell menyerukan patroli militer di Selat Taiwan dan secara tidak langsung memberikan ancaman pada China.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, meminta angkatan laut Eropa untuk berpatroli di Selat Taiwan.
Hal ini ia sampaikan dalam sebuah opini di mingguan Prancis, Journal Du Dimanche, yang diterbitkan pada Minggu (23/4/2023).
Komentar ini mengulang komentar yang dia buat minggu lalu, ketika menekankan betapa pentingnya Taiwan bagi Eropa.
"Taiwan mengkhawatirkan kami secara ekonomi, komersial, dan teknologi,” kata Josep Borrell.
“Itulah mengapa saya meminta angkatan laut Eropa untuk berpatroli di Selat Taiwan untuk menunjukkan komitmen Eropa terhadap kebebasan navigasi di wilayah yang sangat penting ini,” lanjutnya, dikutip dari SCMP.
Diketahui, selat ini disengketakan oleh Taiwan dan China.
Baca juga: Tanggapi Ancaman Invasi China, Taiwan Beli 400 Rudal Anti-Kapal dari AS
Dua minggu lalu, China daratan meluncurkan latihan militer selama tiga hari di sekitar Taiwan.
China juga mensimulasikan serangan yang ditargetkan dan blokade Taiwan, sebagai tanggapan atas pertemuan antara Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan Ketua DPR AS Kevin McCarthy.
“Taiwan jelas merupakan bagian dari perimeter geostrategis kami untuk menjamin perdamaian," kata Josep Borrell, dalam pidato pembukaan debat tentang China di Parlemen Eropa pada Selasa (18/4/2023).
“Bukan hanya karena alasan moral tindakan terhadap Taiwan harus ditolak. Itu juga karena, secara ekonomi, akan sangat serius bagi kami, karena Taiwan memiliki peran strategis dalam produksi semikonduktor tercanggih,” lanjutnya.
Baca juga: China Pakai Rahim Pengganti dari Wanita AS, Disebut Ancam Keamanan Nasional AS
Komentar Josep Borrell muncul setelah Presiden Prancis, Emmanuel Macron, pada awal April, berpendapat Eropa tidak boleh menjadi pengikut Amerika Serikat, jika terjadi konflik dengan China atas Taiwan.
Komentar Presiden Macron, datang setelah kunjungan ke China.
Komentar ini memicu kritik dari beberapa politisi baik di Amerika Serikat maupun di Uni Eropa.
China mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya dan telah berjanji untuk membawa pulau itu di bawah kendalinya suatu hari nanti.
Baca juga: Simulasi Serangan China ke Taiwan, Targetkan Infrastruktur via Rudal Udara, Darat, Laut
China Siap Perang
Pada Senin (10/4/2023), militer China menyatakan "siap untuk berperang" setelah menyelesaikan tiga hari latihan tempur skala besar di sekitar Taiwan.
"Patroli kesiapan tempur" bernama Joint Sword dimaksudkan sebagai peringatan kepada Taiwan sendiri.
"Pasukan teater siap berperang setiap saat dan dapat berperang kapan saja untuk menghancurkan segala bentuk 'kemerdekaan Taiwan' dan upaya campur tangan asing," kata militer China, dikutip dari AP News.
Latihan itu mirip dengan yang dilakukan oleh China Agustus lalu, ketika meluncurkan serangan rudal ke sasaran di laut sekitar Taiwan sebagai pembalasan atas kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan.
Namun, latihan ini skalanya lebih kecil dan tidak terlalu mengganggu.
Pakar militer mengatakan latihan itu berfungsi sebagai intimidasi dan sebagai kesempatan bagi pasukan China untuk berlatih menyegel Taiwan dengan memblokir lalu lintas laut dan udara.
Mereka menyebut ini opsi strategis penting yang mungkin dilakukan China jika menggunakan kekuatan militer untuk merebut Taiwan.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik China VS Taiwan