Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

ASEAN Kecam Serangan terhadap Diplomat Indonesia dan Singapura di Myanmar

ASEAN kecam serangan terhadap Diplomat Indonesia dan Singapura di Myanmar pada Minggu (7/5/2023).

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Endra Kurniawan
zoom-in ASEAN Kecam Serangan terhadap Diplomat Indonesia dan Singapura di Myanmar
Jack TAYLOR / AFP
Para pengunjuk rasa memegang gambar pemimpin sipil Aung San Suu Kyi yang ditahan di luar Kedutaan Besar Myanmar di Bangkok pada 1 Februari 2023, untuk menandai peringatan kedua kudeta di Myanmar. - Indonesia dan Singapura mengecam serangan bersenjata terhadap diplomat mereka di Myanmar. 

TRIBUNNEWS.COM - Anggota ASEAN, Indonesia dan Singapura, mengecam serangan terhadap diplomat mereka di Myanmar.

Mereka ditembaki di Myanmar, saat mengirim bantuan kemanusiaan ke Myanmar pada Minggu (7/5/2023).

Serangan itu terjadi di kota Taunggyi di Negara Bagian Shan, Myanmar.

Seorang diplomat asing yang berbasis di Yangon, mengatakan kelompok bersenjata menyerang mereka.

"Sebuah konvoi dengan beberapa diplomat diserang kemarin pagi," kata diplomat itu.

Konvoi itu membawa diplomat dari kedutaan besar Indonesia, Singapura, dan pejabat yang mengoordinasikan bantuan kemanusiaan ASEAN.

Baca juga: Zelensky Ubah Hari Kemenangan di Ukraina Jadi 8 Mei, Rusia Sebut Kyiv Khianati Leluhur

Global New Light of Myanmar yang dikelola negara melaporkan pada hari Selasa (9/5/2023), serangan itu terjadi ketika kendaraan sedang menuju dari Hsihseng ke Taunggyi.

Berita Rekomendasi

Mereka mengatakan teroris menembak mereka menggunakan senjata kecil dan pasukan keamanan melancarkan serangan balik.

Laporan itu mengatakan tidak ada yang terluka, tapi beberapa peluru merusak kendaraan.

Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut.

Militer menggunakan kata "teroris" untuk menggambarkan semua yang menentang kekuasaannya.

Foto file yang diambil pada 5 Maret 2021 ini pengunjuk rasa menginjak potret kepala angkatan bersenjata Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing ditempatkan di jalan selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon. - Militer Myanmar merebut kekuasaan pada 1 Februari 2021, menggulingkan pemerintah sipil dan menangkap pemimpin de factonya, Aung San Suu Kyi. Lebih dari 2.800 orang telah terbunuh, menurut PBB, dan ribuan lainnya telah ditangkap ketika junta melancarkan tindakan keras berdarah terhadap perbedaan pendapat. (Photo by AFP)
Foto file yang diambil pada 5 Maret 2021 ini pengunjuk rasa menginjak potret kepala angkatan bersenjata Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing ditempatkan di jalan selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon. - Militer Myanmar merebut kekuasaan pada 1 Februari 2021, menggulingkan pemerintah sipil dan menangkap pemimpin de factonya, Aung San Suu Kyi. Lebih dari 2.800 orang telah terbunuh, menurut PBB, dan ribuan lainnya telah ditangkap ketika junta melancarkan tindakan keras berdarah terhadap perbedaan pendapat. (Photo by AFP) (AFP/STR)

Baca juga: Rombongan Diplomat RI Ditembaki saat Kirim Bantuan ke Myanmar, Begini Tanggapan Presiden Jokowi

Para pemimpin Asia Tenggara minggu ini akan bertemu di Indonesia untuk pertemuan ASEAN yang diperkirakan akan didominasi oleh krisis Myanmar.

“Singapura mendesak semua pihak untuk menahan diri dari kekerasan, sesuai dengan Konsensus Lima Poin,” lanjut pernyataan Singapura, dikutip dari Al Jazeera.

“Hanya dialog konstruktif di antara semua pemangku kepentingan utama di Myanmar yang dapat memfasilitasi solusi damai untuk kepentingan rakyat Myanmar,” lanjutnya.

Departemen Luar Negeri AS juga menyatakan keprihatinannya atas insiden tersebut.

“Serangan di Negara Bagian Shan ini terjadi karena kekerasan rezim dan pengabaian aturan hukum telah menyebabkan ketidakstabilan yang lebih besar di lapangan, sementara rezim terus mengabaikan komitmennya di bawah Konsensus Lima Poin ASEAN, termasuk menghentikan kekerasannya dan memungkinkan akses kemanusiaan tanpa hambatan,” kata juru bicara departemen AS, Matthew Miller.

ASEAN lama dikecam oleh para kritikus sebagai omong kosong, kini ASEAN telah memimpin upaya diplomatik untuk menyelesaikan krisis berdarah di Myanmar, seperti diberitakan The Hindu.

Namun, usahanya terhenti karena junta mengabaikan kritik internasional dan menolak untuk terlibat dengan lawan-lawannya, termasuk anggota parlemen yang digulingkan, Pasukan Pertahanan Rakyat anti-kudeta, dan kelompok bersenjata etnis minoritas.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel lain terkait Myanmar

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas