Banjir di Kongo Tewaskan Lebih dari 400 Orang, Warga Gali Tanah untuk Cari Keluarga yang Hilang
Warga Republik Demokratik Kongo (DRC) masih berupaya mencari anggota keluarga mereka yang hilang akibat banjir. Ribuan orang dikatakan masih hilang.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
Korban yang meninggal terpaksa hanya dibungkus dengan selimut.
MSF mengatakan, pihaknya menyumbangkan kantong mayat, obat-obatan, dan pasokan medis ke fasilitas kesehatan di daerah tersebut.
Baca juga: Lakukan Kunjungan ke Indonesia, Menteri LH Republik Kongo Kagum dengan Aksi-aksi Iklim Indonesia
Administrator daerah tersebut, mengatakan kepada The Associated Press melalui telepon bahwa banyak mayat ditemukan mengambang di Danau Kivu.
Lebih dari 300 korban telah dimakamkan di kuburan massal hingga Minggu, kata kelompok lokal.
Delphin Birimbi, seorang pemimpin sipil di Kalehe, juga mengatakan kepada AP bahwa dia memahami ada banyak ribuan orang masih hilang.
Beberapa dokter datang untuk merawat yang terluka, tetapi masyarakat meminta lebih banyak bantuan darurat, yang sebenarnya terhambat akibat jalan yang rusak.
MSF juga memperingatkan, bahwa kondisi hidup dan sanitasi yang buruk setelah banjir menimbulkan risiko tinggi penyakit, seperti infeksi kulit dan penyakit diare, terutama dekat Danau Kivu di mana kolera endemik.
Bencana banjir itu terjadi hanya beberapa hari setelah lebih dari 130 orang tewas dalam banjir di negara tetangga Rwanda.
Hampir 10.000 orang mengungsi.
Hujan lebat telah mengakibatkan kematian dan kehancuran di seluruh Afrika Timur, termasuk di sebagian Uganda dan Kenya.
Pada hari Sabtu (6/5/2023), Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan belasungkawa kepada para korban banjir di Rwanda dan DRC.
“Ini adalah ilustrasi lain dari percepatan perubahan iklim dan dampak buruknya pada negara-negara yang tidak melakukan apa pun untuk berkontribusi terhadap pemanasan global,” katanya, dilansir Le Monde.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)