Banjir di Kongo Tewaskan Lebih dari 400 Orang, Warga Gali Tanah untuk Cari Keluarga yang Hilang
Warga Republik Demokratik Kongo (DRC) masih berupaya mencari anggota keluarga mereka yang hilang akibat banjir. Ribuan orang dikatakan masih hilang.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Orang-orang menggali tanah berlumpur demi mencari anggota keluarga mereka yang hilang akibat banjir parah di Republik Demokratik Kongo (DRC) minggu lalu.
Banjir tersebut, mengakibatkan lebih dari 400 orang tewas.
Dilaporkan Independent, Desa Bushushu dan Nyamukubi di DRC timur hancur setelah hujan deras dimulai pada Kamis (4/5/2023) malam.
Sungai meluap dan kemudian memicu tanah longsor.
Sekitar 3.000 keluarga kini kehilangan tempat tinggal mereka.
Properti dan lahan pertanian di dekat Danau Kivu di wilayah Kalehe, hancur.
Baca juga: Banjir di Kongo, Korban Tewas 401 Orang, Presiden Felix Tshisekedi Umumkan Hari Berkabung Nasional
"Ini seperti akhir dunia," kata Gentille Ndagijimana (27), kepada AFP.
Ibu, ayah, dan dua saudara perempuan Ndagijimana tewas akibat banjir tersebut.
Ulrich Crepin Namfeibona, dari Médecins Sans Frontières (MSF), badan amal yang menyediakan perawatan medis kemanusiaan, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email ke The Independent bahwa sekitar 150 orang terluka dan desa-desa "habis" akibat banjir.
"Bencana melanda dalam semalam dan karena Kamis adalah hari pasar, populasi di Bushushu dua kali lipat dari biasanya," ujarnya.
MSF mengatakan, telah mengevakuasi 36 orang yang terluka parah dengan perahu ke rumah sakit.
MFS menambahkan, "Tempat tinggal, makanan, dan barang-barang pokok lainnya sangat dibutuhkan bagi komunitas-komunitas ini yang telah kehilangan segalanya."
"Kami juga melihat anak-anak yang kehilangan orang tuanya dan membutuhkan perlindungan.”
Palang Merah Kongo tidak memiliki cukup kantong jenazah, lapor BBC.