Cara Tingkatkan Populasi China, Pengantin Baru Diganjar Cuti Pernikahan Berbayar Selama 30 Hari
Beberapa provinsi di China memberikan cuti berbayar selama 30 hari kepada pengantin baru dalam rangka mendorong angka kelahiran.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Beberapa provinsi di China memberikan cuti berbayar selama 30 hari kepada pengantin baru.
Tujuan dari program tersebut untuk mendorong pernikahan dan meningkatkan angka kelahiran yang kian anjlok.
Cuti pernikahan berbayar yang diberlakukan di China adalah minimum tiga hari.
Namun provinsi telah mampu menetapkan tunjangan mereka sendiri yang lebih banyak sejak Februari lalu.
Dikutip dari laman ABC News, Senin (22/5/2023), provinsi Gansu di barat laut yang dan provinsi penghasil batu bara Shanxi kini memberikan cuti berbayar selama 30 hari.
Sedangkan Shanghai memberikan 10 hari dan Sichuan tetap tiga hari.
Baca juga: China Panggil Dubes Jepang setelah Anggota G7 Kecam Beijing di KTT G7 di Hiroshima
"Memperpanjang cuti pernikahan adalah salah satu cara efektif untuk meningkatkan tingkat kesuburan. Perpanjangan cuti nikah terutama dilakukan di beberapa provinsi dan kota dengan perkembangan ekonomi yang relatif lambat," kata Dekan Institut Penelitian Pembangunan Sosial Universitas Keuangan dan Ekonomi Barat Daya, Yang Haiyang.
Ia menambahkan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk memperluas angkatan kerja dan mendorong konsumsi.
Haiyang mengatakan bahwa sejumlah kebijakan pendukung lainnya saat ini masih diperlukan, termasuk subsidi perumahan dan cuti melahirkan untuk laki-laki.
Baca juga: Populasi Turun Besar-besaran, China Pusing Angka Kelahiran Anjlok dan Masyarakatnya Kian Menua
Menurut data resmi, populasi China turun pada tahun lalu untuk pertama kalinya dalam enam dekade, ini merupakan titik balik yang diperkirakan akan menandai dimulainya periode penurunan populasi yang panjang.
Tahun lalu, China mencatat tingkat kelahiran terendah, yakni 6,77 kelahiran per 1.000 orang.
Sebagian besar penurunan adalah hasil dari 'kebijakan satu anak' yang diberlakukan sejak 1980 hingga 2015, dan lonjakan biaya pendidikan yang membuat banyak warga China tidak ingin memiliki lebih dari satu anak, atau bahkan tidak punya anak sama sekali (childfree).