2.500 Tentara Korsel-AS Gelar Latihan Bersama, Sinyal Perang Asia Kian Memanas
2.500 tentara dari angkatan militer Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) dilaporkan tengah menggelar latihan perang
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL – 2.500 tentara dari angkatan militer Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) dilaporkan tengah menggelar latihan perang besar-besaran, pada Kamis (25/5/2023).
Latihan perang itu dilakukan Korsel dan AS di wilayah Pocheon, dekat perbatasan dengan Korut selama lima hari kedepan tepatnya hingga Senin (29/5/2023).
Baca juga: Konflik Makin Panas, Rusia Ancam Tawarkan Senjata ke Korut Jika Korsel Kirim Artileri ke Ukraina
Tak hanya melibatkan ribuan pasukan, dalam keterangan resminya Kementerian Pertahanan Korsel menyebut latihan perang yang digelar negaranya juga turut menghadirkan sejumlah kendaraan canggih seperti tank, howitzer dan jet tempur.
Kendati latihan tersebut sudah kali kelima yang dilakukan Korea Selatan dalam kurun waktu satu tahun terakhir, namun latihan gabungan bersama militer AS pekan ini makin menambah ketegangan geopolitik di kawasan Asia Tenggara.
Mengingat hubungan Korea Utara dan Korea Selatan selama beberapa tahun belakangan terus memanas akibat aksi saling tembak rudal.
"Latihan itu menunjukkan kemampuan dan kesiapan militer kami untuk menanggapi dengan kuat ancaman nuklir dan rudal Korea Utara dan serangan skala penuh," kata Kemhan Korsel, seperti yang dikutip dari Reuters.
Sebelum ketegangan di kawasan laut Asia meningkat, para militer Korea Utara diketahui aktif meningkatkan intensitas uji coba rudal ke kawasan pesisir semenanjung Korea.
Sebagian meyakini bahwa Korut mungkin bersiap untuk melanjutkan pengujian bom nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017.
Baca juga: AS Ajak Korea Selatan dan Jepang Latihan Militer Bersama Hadapi Rudal Korut
Isu peluncuran bom nuklir makin diperkuat setelah media pemerintah Korut melaporkan pemimpin Kim Jong Un telah menyetujui persiapan akhir untuk peluncuran satelit mata-mata militer pertama negaranya.
Tindakan ini yang kemudian memicu kekhawatiran beberapa negara tetangga, termasuk Korsel karena uji coba yang dilakukan Kim Jong Un dianggap mengancam keamanan hingga Korsel akhirnya melakukan serangan balik sebagai langkah defensif.
Lewat berbagai pelatihan termasuk latihan udara dan laut yang melibatkan pesawat pengebom B-1B AS dan sejumlah senjata perang canggih lainnya.