Rusia dan China Tanda Tangani Kerja Sama Ekonomi di Tengah Kritik Barat
Meski ada kritik dari Barat, Rusia dan China menandatangani sejumlah perjanjian ekonomi.
Penulis: Nuryanti
Editor: Tiara Shelavie
“Dengan sanksi terhadap Rusia memberikan peluang baru bagi China, tidak mengherankan bahwa China akan dengan senang hati terlibat secara aktif, jika tidak secara proaktif, dengan Rusia secara ekonomi, selama hubungan apa pun yang mereka jalin tidak akan memicu sanksi sekunder terhadap China,” ujar Direktur School of Oriental and African Studies (SOAS) China Institute di London, Steve Tsang, Rabu, dikutip dari Reuters.
"Kebijakan China terhadap perang di Ukraina adalah salah satu menyatakan netralitas, mendukung Putin dan tidak membayar harga, dan kunjungan tersebut menegaskannya kembali, terutama elemen pendukung Putin," jelas Tsang.
Baca juga: Bela Ukraina, Pasukan Anti-Putin Ingin Luncurkan Lebih Banyak Serangan di Perbatasan Rusia
Diberitakan The Guardian, Mikhail Mishustin adalah pejabat Rusia berpangkat tertinggi yang mengunjungi Beijing sejak dimulainya perang di Ukraina.
Pada Maret 2023, Xi Jinping mengunjungi Vladimir Putin di Moskow untuk menunjukkan dukungan bagi 'sahabatnya'.
China telah mengklaim sebagai mediator netral dalam perang di Ukraina.
Namun, China dan Rusia semakin dekat sejak dimulainya invasi.
Adapun kunjungan Mishustin ke China, terjadi setelah para pemimpin G7 meminta Rusia dan China untuk lebih transparan tentang persenjataan nuklir mereka.
Pada Selasa (23/5/2023), Wakil Menteri Luar Negeri Rusia mengatakan, pernyataan G7 dirancang untuk memberikan tekanan psikologis dan militer-politik pada Rusia dan China.
Baca juga: Klaim Kuasai Bakhmut, Rusia Segera Dirikan Pemerintah Wilayah dan Hapus Ranjau
Sebagai informasi, China adalah mitra dagang terbesar Rusia.
China mengesampingkan upaya Barat untuk menghubungkan kemitraannya dengan Rusia dengan perang di Ukraina.
China pun menekankan bahwa hubungan antara Moskow dan Beijing tidak melanggar norma internasional.
Dengan perang di Ukraina pada tahun keduanya, Rusia semakin merasakan beban sanksi Barat.
Rusia disebut bersandar pada Beijing untuk mendapatkan dukungan.
Hal itu jauh lebih banyak daripada China pada Rusia, yang memenuhi permintaan China akan minyak dan gas.
(Tribunnews.com/Nuryanti)