Kerusuhan di Prancis Masih Berlanjut, Aksi Penjarahan Meluas dan Transportasi Umum Dibakar
Aksi penjarahan menargetkan Apple Store dan sejumlah toko-toko lainnya di Strasbourg.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, PARIS – Sekelompok perusuh dilaporkan mulai menjarah pertokoan yang ada di kota Lyon, Marseille, dan Grenoble, pada Jumat malam (30/6/2023).
Tak hanya di malam hari aksi penjarahan juga dilakukan di siang hari dengan menargetkan Apple Store dan sejumlah toko-toko lainnya di Strasbourg.
Belum diketahui secara pasti berapa total kerugian yang ditimbulkan dari penjarahan tersebut.
Baca juga: Kerusuhan Prancis Menyebar, Kemenlu RI Sebut Tidak Ada WNI Terdampak
Namun, perampokan ini terjadi di tengah memanasnya protes antara pengunjuk rasa dengan polisi anti huru yang kini mulai memasuki hari keempat.
Kendati 45.000 polisi yang didukung oleh kendaraan lapis baja ringan telah diterjunkan untuk menjaga keamanan di wilayah perkotaan, namun hal tersebut nyatanya tak cukup mampu menghentikan aksi demo yang digelar para pengunjuk rasa.
Bahkan imbas kerusuhan itu, semua aktivitas bus dan trem di Paris terpaksa berhenti beroperasi sejak Kamis malam waktu setempat, usai selusin bus dan transportasi umum serta 2.000 kendaraan yang terparkir di perkotaan habis dibakar pengunjuk rasa.
“Ada kerusakan yang sangat signifikan, selusin bus di utara ibu kota Perancis yang bhabis karena dibakar," kata otoritas transportasi umum Paris, RATP, mengutip dari AFP.
Awal Mula Kerusuhan
Kerusuhan di Prancis terjadi dipicu penembakan remaja keturunan Afrika Utara saat dilakukan pemberhentian lalu lintas.
Dari cuplikan video yang beredar di sosial media, menunjukkan ada dua petugas polisi bersenjata yang secara tiba – tiba menghentikan sebuah mobil Mercedes AMG berwarna kuning karena melanggar beberapa peraturan lalu lintas.
Tak lama dari itu salah satu petugas menembak pengemudi remaja itu dari jarak dekat saat pengemudi itu berusaha melarikan diri. Imbas insiden tersebut pria berusia 17 tahun yang diidentifikasi dengan nama Nahel dinyatakan tewas ditempat.
Kendati polisi yang menjadi tersangka dalam penembakan tersebut telah ditangkap otoritas setempat, namun insiden itu telah memicu kembali perdebatan di Prancis atas perlakuan kasar yang dilakukan pihak berwajib terhadap orang-orang pinggiran kota berpenghasilan rendah, terutama etnis minoritas.
Ribuan orang bahkan ikut turun ke jalanan Nanterre untuk melakukan protes bersama ibu Nahel sebagai bentuk kekecewaan publik atas sikap kasar kepolisian.