Kerusuhan di Prancis Masih Berlanjut, Aksi Penjarahan Meluas dan Transportasi Umum Dibakar
Aksi penjarahan menargetkan Apple Store dan sejumlah toko-toko lainnya di Strasbourg.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Massa yang membabi buta bahkan turut membakar mobil dan melempar batu serta kembang api ke arah polisi saat melakukan blokade di Nanterre.
Puluhan ribu personel kepolisian telah diterjunkan serta 875 orang yang dicurigai sebagai provokator telah diamankan, namun sayangnya kerusuhan tersebut semakin menggila dan tak kunjung mereda.
Baca juga: Prancis: Kematian Remaja Picu Perdebatan Isu Kekerasan Polisi
Kondisi serupa juga terjadi di kota Lille di utara Prancis menurut laporan CNN International, kobaran api menyala hampir di sepanjang jalan-jalan distrik kota akibat amukan publik.
Sementara distrik kelas pekerja 18 dan 19 di timur laut Paris, polisi menembakkan bola lampu untuk membubarkan pengunjuk rasa yang membakar sampah, tetapi bukannya pergi, massa menanggapi dengan melempar botol.
"Kami muak diperlakukan seperti ini. Ini untuk Nahel, kami Nahel," kata dua pemuda yang menyebut diri mereka "Avengers".
Tak Ada WNI Terdampak
Tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang terdampak akibat kerusuhan yang terjadi di kota Nanterre, pinggir kota Paris, Perancis.
Kementerian Luar Negeri RI melaporkan telah terjadi kerusuhan di berbagai lokasi di Perancis.
Kerusuhan ini dipicu tindakan polisi yang menembak mati pemuda Prancis keturunan Aljazair, Nahel (17 tahun) ketika yang bersangkutan tidak mengikuti perintah untuk berhenti pada Selasa, 27 Juni 2023, di kota Nanterre.
Kerusuhan menyebar ke daerah pinggiran kota Paris lainnya, di Seine-Saint Denis, Villeurbanne, dan juga di kota-kota besar lainnya termasuk Nantes dan Toulouse hingga Rabu (28/6) malam hari.
"KBRI Paris telah berkoordinasi dg kepolisian kota Nanterre serta simpul simpul masyarakat Indonesia. Hingga saat ini tidak terdapat WNI yang terdampak atau terlibat kerusuhan tersebut," kata Direktur Pelindungan WNI Kemlu, Judha Nugraha dalam keterangannya.
Baca juga: Redam Amukan Massa, Pemerintah Prancis Terapkan Jam Malam hingga Kerahkan 40.000 Polisi
Nahel ditembak mati ketika berhenti di tengah lalu lintas.
Ribuan petugas lantas dikerahkan dan menangkap lebih dari 100 orang pengunjuk rasa yang bentrok dengan polisi anti huru-hara.
Presiden Emmanuel Macron kemudian mengadakan pertemuan keamanan darurat untuk mengembalikan perdamaian.
Tokoh terkenal Prancis dari warga keturunan imigran seperti pesepakbola Kylian Mbappe dan aktor Omar Sy turut mengutuk kebrutalan polisi.