Rusia Butuh Tambahan Pasukan Perang, Usia Wajib Militer Naik Jadi 30 Tahun
Usia wajib militer di Rusia akan naik dari tadinya maksimal 27 tahun, berubah menjadi 30 tahun.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Rusia Butuh Tambahan Pasukan Perang, Usia Wajib Militer Bakal Naik Jadi 30 Tahun
TRIBUNNEWS.COM - Perang melawan Ukraina tampak membuat Rusia membutuhkan lebih banyak anggota pasukan tempur.
Karena itu, usia wajib militer di Rusia akan naik dari tadinya maksimal 27 tahun, berubah menjadi 30 tahun.
Perubahan aturan ini harus melalui amandemen dari undang-undang yang baru-baru ini disahkan parlemen Rusia.
Baca juga: Pemberontakan Wagner Jadi Kuburan Karier Anak Emas Vladimir Putin?
Sebelumnya, di bawah undang-undang Rusia, semua pria berusia antara 18 tahun dan 27 tahun harus menyelesaikan wajib militer selama satu tahun, persyaratan yang telah ada sejak sebelum invasi Ukraina.
Aturan ini diamandemen ketika Menteri Pertahanan Sergei Shoigu berupaya meningkatkan personel tempur Rusia dari 1,15 juta menjadi 1,5 juta pada Desember 2022 silam.
"Amandemen yang awalnya diusulkan, tampaknya cukup (memenuhi kebutuhan angka pasukan) pada saat itu,” kata salah satu sumber kepada Situs berita independen Vyorstka dilansir The Moscow Times, Kamis (27/7/2023).
Tetapi pada pekan ini, Duma Negara (Majelis Rendah Parlemen Rusia) dan Dewan Federasi majelis tinggi negara tersebut menyetujui perubahan yang akan menaikkan batas usia untuk wajib militer ini menjadi 18-30 mulai Januari 2024.
Baca juga: Parade Militer Korea Utara: Kantor Kim Jong-Un Berhias Foto Raksasa Putin, Rudal Bisa Jangkau AS
Perubahan tersebut menghilangkan amandemen asli— telah disahkan oleh Presiden Vladimir Putin pada bulan Desember—yang berusaha untuk secara bertahap menaikkan batas usia bawah dan atas untuk wajib militer menjadi 21-30 selama periode tiga tahun.
Vyorstka melaporkan, amandemen undang-undang yang baru saja diubah ini akan memperluas kumpulan rekrutmen tentara yang memenuhi syarat dengan menaikkan batas usia atas untuk wajib militer.
Kremlin konon menentang amandemen terbaru ini lantaran enggan membuat keputusan yang tidak populer.
Gelombang baru perekrutan militer, dapat merusak 'tingkat persetujuan' Putin atas amandemen terbaru tersebut, terutama saat negara tersebut bersiap untuk pemilihan presiden tahun depan.
“Tapi, seperti kata pepatah, mereka menghitung dan menangis,” kata sumber itu kepada Vyorstka.
Perhitungan berlandaskan pada catatan bahwa kerugian militer Rusia yang meningkat berarti bahwa tentara perlu memperluas kumpulan rekrutan potensial untuk meningkatkan jumlah pasukan.
Pada akhirnya, dilaporkan, militer Rusia bisa meyakinkan Putin untuk memperluas rentang usia wajib militer.
“Pada titik tertentu, Kementerian Pertahanan mencapai kesepakatan dengan petinggi Kremlin, dengan pejabat tinggi,” tambah sumber itu, merujuk pada Putin.
Ketika ditanya apakah amandemen yang tidak populer itu menandakan kesiapan militer Rusia untuk meluncurkan gelombang mobilisasi baru, seorang ahli strategi politik yang tidak disebutkan namanya yang terkait dengan Kremlin mengatakan,
"Otoritas Rusia “siap untuk apa saja.”
“Keputusan (tentang gelombang baru mobilisasi) akan dibuat oleh satu orang. Tapi Anda tidak bisa masuk ke kepalanya, ” kata sumber lain.
(oln/TMT/Vyorstka)