Begini Nasib Eks-Perwira Intelijen Rusia yang Sebut Putin Takut Umbar Perang Terbuka di Ukraina
Sosok itu bukan sembarangan, dia adalah seorang mantan perwira intelijen militer Rusia, Vladimir Kvachkov.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Begini Nasib Eks-Perwira Intelijen Rusia yang Sebut Putin Takut Buat Umbar Perang Terbuka di Ukraina
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah kasus langka terjadi di Rusia.
Jika biasanya mereka yang melancarkan kritik terhadap kebijakan Moskow menginvasi Ukraina menjadi sasaran aturan sensor masa perang, kali ini sanksi juga menyasar tokoh yang pro-perang.
Sosok itu bukan sembarangan, dia adalah seorang mantan perwira intelijen militer Rusia, Vladimir Kvachkov.
Vladimir Kvachkov dikenal secara terbuka mendukung invasi Moskow ke Ukraina.
Baca juga: Ketahuan Joget Beriring Lagu Pop Ukraina, 3 Cewek Dipaksa Nyanyi Putin Adalah Pria Hebat
Namun, lansiran situs berita independen Mediazona, menyebut situs berita independen Mediazona kena sanksi denda karena dianggap "mendiskreditkan" angkatan bersenjata negara itu.
Dia adalah seorang mantan perwira GRU, Direktorat Intelijen Utama dengan pangkat terakhir Kolonel.
Pria yang kini berusia 74 tahun itu memang mendukung invasi, namun menurut Mediazona, Kvachkov telah secara teratur mengkritik para pemimpin Rusia karena takut dan malu-malu mengumbar perang terbuka terhadap Ukraina.
Moskow memang mengistilahkan invasi militer Rusia sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina.
Hal itu yang disoroti Vladimir Kvachkov yang menilai seharusnya pemerintah secara terbuka menyatakan perang habis-habisan melawan Ukraina.
“Menuduh saya, seorang perwira Rusia, mendiskreditkan angkatan bersenjata adalah penghinaan bagi saya,” kata Kvachkov dalam pernyataan penutup di pengadilan, dilansir Mediazona.
Baca juga: Bos Wagner Olok-olok AS yang PDKT ke Junta Militer Niger: Kemarin Tak Akui Sekarang Malah Bertemu
Sebut Putin Takut Umbar Perang Terbuka ke Ukraina
Secara blak-blakan, Vladimir Kvachkov justru menyebut Vladimir Putin dan staf militernya, sebagai sosok yang mendeskreditkan angkatan bersenjata Rusia dengan terus-terusan memakai istilah 'operasi militer khusus'.
“Angkatan bersenjata (justru) didiskreditkan oleh mereka yang tidak bisa berperang,” tambahnya.
“Menurut pendapat saya, warga berikut ini mendiskreditkan angkatan bersenjata: (Presiden Rusia Vladimir) Putin, (Menteri Pertahanan Rusia Sergei) Shoigu, (Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Valery) Gerasimov.”
Secara formil, Kvachkov, yang pensiun pada akhir 1990-an, didakwa atas unggahan di media sosial, Odnoklassniki, yang menurutnya ditulis oleh orang lain yang menyamar sebagai dirinya.
Pensiunan perwira itu menyangkal memiliki akun di Odnoklassniki.
Sebagai informasi, Odnoklassniki adalah jejaring media sosial yang populer di Rusia.
“Saya tidak ada hubungannya dengan grup itu di Odnoklassniki,” kata Kvachkov.
"Ini adalah fiksi, kebohongan dan fitnah terhadap saya," kata dia dalam pembelaannya.
"Pengadilan Distrik Tverskoy Moskow akhirnya memutuskan Kvachkov bersalah karena "mendiskreditkan" angkatan bersenjata Rusia dan mendenda dia 40.000 rubel ($400)," tulis lapor Mediazona.
Lembaga pengawas media Rusia, Roskomnadzor, sebelumnya berjanji untuk mempertimbangkan kasus pencemaran nama baik Kvachkov seputar akun di Odnoklassniki yang dibuat atas namanya pada 5 September.
Terlepas dari kasus tersebut, Mediazona melansir, sosok Kvachkov memang punya sederet kasus hukum yang pernah menjeratnya.
Pada 2008, Kvachkov dibebaskan oleh juri di pengadilan atas tuduhan percobaan pembunuhan Anatoly Chubais, arsitek reformasi privatisasi Rusia pada 1990-an.
Dia ditangkap lagi karena dicurigai merencanakan kudeta dan dijatuhi hukuman beberapa tahun penjara pada tahun 2013.
Pada 2017, Kvachkov dijatuhi hukuman tambahan 1,5 tahun atas tuduhan menghasut kebencian karena mengkritik otoritas Rusia dalam video yang difilmkan di dalam penjara.
Diketahui, Rusia memang memproses ribuan kasus pelanggaran ringan dengan tuduhan "mendiskreditkan" tentara Rusia sejak anggota parlemen mengesahkan undang-undang sensor masa perang, beberapa hari setelah pasukan Moskow masuk ke Ukraina pada awal 2022.
Pelanggar berulang berisiko dipenjara hingga lima tahun sementara mereka yang dihukum karena "menyebarkan informasi palsu" - undang-undang sensor masa perang lainnya - menghadapi hukuman 15 tahun penjara.
(oln/TMT/Mediazona/*)