Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Serangan Balik Ukraina ke Rusia Gagal, Zelensky Punya 2 Pilihan Mustahil: Menyerah atau Kalah Telak

Gagalnya serangan balik ke Rusia menimbulkan perpecahan di tingkat tertinggi pemerintah Ukraina. Zelensky punya 2 opsi, kalah atau kalah telak

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Serangan Balik Ukraina ke Rusia Gagal, Zelensky Punya 2 Pilihan Mustahil: Menyerah atau Kalah Telak
YAN DOBRONOSOV/GLOBAL IMAGES UKRAINA VIA GETTY
Foto ini menunjukkan pemandangan dari atas lokasi kuburan tentara Ukraina yang tewas dalam aksi pertempuran melawan invasi besar-besaran Rusia ke negara itu, 6 Desember 2022 di Kharkiv, Ukraina. Korban dianggap melonjak bertepatan dengan serangan balasan Ukraina, tetapi Kyiv mengatakan pasukannya tetap membuat kemajuan yang signifikan. 

Serangan Balik Ukraina ke Rusia Gagal, Zelensky Cuma Punya Dua Pilihan Mustahil: Menyerah atau Kalah Telak

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky dalam posisi terjepit.

Keputusannya untuk melancarkan counter-offensive, serangan balasan Ukraina ke kantung-kantung pendudukan Rusia sejauh ini terbukti mengecewakan.




Pasukan Ukraina hanya bisa merebut kembali sebagian kecil wilayah di selatan dan timur negara itu, tapi dengan biaya dan ongkos perang yang sangat tinggi.

Banyak pihak di Ukraina mengklaim kalau serangan balasan itu juga menimbulkan kerugian besar pada pertahanan Rusia.

Baca juga: Mantan Menteri di Rusia Rela Jadi Sopir Truk di Amerika Demi Kabur dari Perang di Ukraina

Tapi kenyataannya, setelah enam minggu Ukraina melakukan operasi counter-offensive, jaringan pertahanan berlapis-lapis Moskow belum putus juga.

"Atas situasi tersebut, Zelensky kini menghadapi pilihan yang mustahil: melakukan segalanya dan mengambil risiko kegagalan yang mahal, atau mengurangi kerugian Ukraina dan menerima kekalahan yang bisa merusak reputasinya secara politik," tulis ulasan di Newsweek.

BERITA TERKAIT

Seorang narasumber di pemerintahan Ukraina menyebut, kurang berhasilnya serangan balik ke Rusia itu dilaporkan justru menimbulkan intensifnya perdebatan strategis di tingkat tertinggi pemerintah Ukraina.

Beberapa pihak di dalam kantor kepresidenan Ukraina kini menentang komando militer.

Beberapa kelompok lingkaran dalam Zelensky disebutkan ingin militer Ukraina mengendurkan serangan sambil bersiap menghadapi gelombang serangan Rusia yang diprediksi terjadi pada musim gugur-musim dingin mendatang.

Tetapi sejumlah tokoh militer Ukraina, termasuk panglima tertinggi Angkatan Bersenjata Ukraina, Jenderal Valery Zaluzhnyi, ingin pasukan terus maju menggempur titik-titik strategis pasukan Rusia.

Foto selebaran yang diambil dan dirilis oleh layanan pers Kepresidenan Ukraina pada 29 Juli 2023 ini menunjukkan Presiden Volodymyr Zelensky (kanan) melihat saat dia memberi penghargaan dan memberi selamat kepada prajurit pada hari Pasukan Operasi Khusus, selama kunjungan ke posisi depan mereka di dekat Bakhmut, Donetsk wilayah. Selebaran / LAYANAN PERS PRESIDEN UKRAINA / AFP
Foto selebaran yang diambil dan dirilis oleh layanan pers Kepresidenan Ukraina pada 29 Juli 2023 ini menunjukkan Presiden Volodymyr Zelensky (kanan) melihat saat dia memberi penghargaan dan memberi selamat kepada prajurit pada hari Pasukan Operasi Khusus, selama kunjungan ke posisi depan mereka di dekat Bakhmut, Donetsk wilayah. Selebaran / LAYANAN PERS PRESIDEN UKRAINA / AFP (Selebaran / LAYANAN PERS PRESIDEN UKRAINA / AFP)

Para pejabat militer Ukraina juga mengecam kritik atas kegagalan serangan balasan sebagai ketidaksabaran yang berakar pada kesalahpahaman.

"Jelas ada beberapa perbedaan di antara para pemimpin Ukraina tentang strategi militer," salah satu sumber yang dekat dengan pemerintah Ukraina dikutip dari Newsweek.

"Di sisi militer, Anda memiliki Zaluzhnyi dan yang lainnya—tetapi jelas dia yang memegang komando—yang ingin terus menyerang. Ada beberapa pertanyaan di sisi politik tentang apakah itu paling masuk akal saat ini? Atau apakah masuk akal untuk mengonsolidasikan pasukan di beberapa area dan mengurangi tekanan pada jalur suplai dan stok?" kata narsum tersebut saat menggambarkan perpecahan di internal pemerintahan Ukraina.

Friksi di antara petinggi pemerintahan Ukraina makin panas seiring perhatian para pejabat negara Barat terhadap lambannya kemajuan operasi serangan balasan.

Situasi ini membuat kondisi saling menyalahkan sedang terjadi di Kyiv.

"Ada asumsi bahwa mereka dibodohi oleh pihak militer dalam hal seberapa baik serangan balasan ini akan berjalan, bahwa mereka diberi penilaian yang terlalu cerah dari pihak militer," kata sumber itu.

"Dan mereka tidak senang tentang itu," kata dia.

Ditanya apakah kinerja pasukan di medan perang yang mengecewakan dapat memicu perubahan dalam komando militer Ukraina, sumber itu menjawab: "Saya belum mendengar sesuatu yang spesifik, tetapi orang dapat membayangkan hal seperti itu."

Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Ukraina menolak mengomentari pernyataan spesifik sumber tersebut.

Meski begitu, dia mengakui ada komunikasi langsung antara komando militer dan kepemimpinan politik negara, yang tugasnya adalah membuat keputusan dalam kondisi dinamis dari negara tersebut terkait situasi militer.

"Keyakinan pada komando militer merupakan prasyarat penting untuk kemenangan," kata juru bicara tersebut.

Dia menyebut, laporan perselisihan internal petinggi pemerintahan Ukraina merupakan narasi propaganda Rusia.

"Hal itu terus-menerus dipromosikan oleh sumber media musuh," kata pernyataan itu.

Seorang prajurit Ukraina berjalan di antara tank tentara Rusia yang rusak dan puing-puing bangunan yang hancur di kota timur laut Trostyanets, Uktaine, pada 29 Maret 2022. Serangan Ukraina di lokasi penyimpanan militer Rusia telah mengakibatkan pasukan Rusia kekurangan amunisi yaitu
Seorang prajurit Ukraina berjalan di antara tank tentara Rusia yang rusak dan puing-puing bangunan yang hancur di kota timur laut Trostyanets, Uktaine, pada 29 Maret 2022. Serangan Ukraina di lokasi penyimpanan militer Rusia telah mengakibatkan pasukan Rusia kekurangan amunisi yaitu " secara signifikan mengurangi" kemampuan mereka untuk melakukan serangan, menurut seorang pejabat Ukraina. ( (FADEL SENNA/AFP VIA GETTY)

Taktik Ukraina Bikin Lelah Rusia

Adapun Zelensky sudah mengakui bahwa serangan balasan Ukraina mengalami kemajuan "lebih lambat dari yang diharapkan".

Setelah enam minggu pertempuran, pasukan Ukraina belum mencapai garis pertama pertahanan Rusia yang disebut Garis Surovikin; jaringan pertahanan yang dibangun sejak akhir 2022, awalnya di bawah arahan Jenderal Sergey Surovikin.

Foto dan video pembakaran senjata berat yang dipasok NATO di ladang ranjau pedesaan dan pepohonan berkawah di wilayah Donetsk dan Zaporizhzhia telah menjadi keuntungan bagi pejabat dan media Rusia, yang secara konsisten melaporkan kekalahan telak dari upaya ofensif Ukraina.

Kekhawatiran Barat makin tinggi atas fakta di lapangan kalau serangan balasan Ukraina memang belum banyak menghasilkan kemajuan.

"Rusia memiliki sejumlah garis pertahanan dan mereka belum benar-benar melewati garis pertama," kata seorang diplomat senior Barat yang tidak disebutkan namanya kepada CNN pekan lalu.

Perang melawan Rusia memang tantangan besar bagi pasukan Ukraina.

Militer Kyiv memang bertempur dengan sejumlah besar senjata baru yang telah mereka terima dar Barat, tapi jumlahnya terbatas.

Pasukan penyerangnya dilatih dalam campuran doktrin NATO dan Soviet, namun tidak memiliki kekuatan udara yang diperlukan untuk mendukung pendekatan pertempuran yang lebih modern.

Rusia merilis foto tank-tank Ukraina yang hancur di hari-hari pertama serangan balasan dimulai. Rusia memasang banyak ranjau untuk melumpuhkan tank-tank Ukraina yang dipasok Barat untuk kemudian menghujaninya dengan serangan artileri.
Rusia merilis foto tank-tank Ukraina yang hancur di hari-hari pertama serangan balasan dimulai. Rusia memasang banyak ranjau untuk melumpuhkan tank-tank Ukraina yang dipasok Barat untuk kemudian menghujaninya dengan serangan artileri. (RUSSIAN MINISTRY OF DEFENCE)

Meski begitu, Andriy Zagorodnyuk, yang menjabat sebagai menteri pertahanan Ukraina dari 2019 hingga 2020 dan sekarang menjadi penasihat Kementerian Pertahanan, mengatakan  kalau banyak yang salah paham dari tujuan serangan balasan ini.

"Salah satunya (pemahaman keliru) adalah Ukraina beralih ke perang jangka panjang yang melelahkan melawan Rusia," kata Zagorodnyuk.

"Bukan itu masalahnya. Apa yang dilakukan Ukraina saat ini pada dasarnya mencoba mengurangi kemampuan Rusia untuk mempertahankan diri. Ini pada dasarnya adalah persiapan panjang untuk gerakan yang lebih aktif."

"Ukraina perlu menghancurkan sumber daya Rusia (yang digunakannya) untuk mempertahankan diri, dan kemudian menemukan jalan melintasi ladang ranjau, dll—dan ia menemukan cara, itu berhasil. Saya rasa tidak ada gunanya berhenti. Saya tidak berpikir, dari perspektif operasional, masuk akal untuk mempertimbangkan revisi dari apa yang dalam hal ini akan menjadi tujuan strategis," katanya dalam saran agar Ukraina terus menggempur.

"Ini sedang dalam proses," kata Zagorodnyuk.

"Ini tidak seperti jalan buntu. Hanya butuh waktu lebih lama karena situasinya sulit. Tapi itu tidak berarti, secara keseluruhan, bergerak maju adalah rencana yang buruk."

Adapun Presiden Zelensky mengecam mitra Barat Ukraina atas komitmen yang ragu-ragu dan cenderung lamanya kecepatan pengiriman glasial dari persenjataan canggih.

“Kami memang berencana untuk memulainya pada musim semi, tetapi kami tidak melakukannya karena, sejujurnya, kami tidak memiliki cukup amunisi dan persenjataan dan tidak cukup brigade yang terlatih dengan baik,” kata presiden pada bulan Juli.

Dan Rice—lulusan West Point yang menjabat sebagai mantan penasihat khusus Zaluzhnyi sebelum menjabat sebagai presiden American University Kyiv menjelaskan, dari kacamata NATO, bantuan buat Ukraina harus efektif dengan mempertimbangkan sejumlah syarat.

"Jika Jenderal Zaluzhnyi adalah seorang jenderal NATO, dia (juga) akan menolak memerintahkan untuk melakukan serangan balasan," kata dia.

Rice menunjuk, khususnya, kurangnya dukungan udara militer Ukraina, serta penolakan Amerika Serikat untuk memasok Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat MGM-140 (ATACMS), dan tidak adanya munisi tandan jarak jauh untuk digunakan dengan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi ( HIMARS).

“Anda tidak dapat memenangkan ini tanpa artileri superior dan kekuatan udara superior untuk melakukan ofensif,” tambah Rice. "Tidak ada yang benar-benar terkejut dengan ini."

"Saya pikir harapannya adalah bahwa mereka akan menemukan celah seperti yang mereka lakukan di Kharkiv dan Kherson tahun lalu, bahwa mereka akan menemukan celah," kata Rice, merujuk pada keberhasilan serangan balik musim gugur 2022 di Ukraina.

"Tapi orang-orang Rusia di Krimea memiliki waktu 10 tahun untuk mempersiapkan pertahanan ini, dan mereka juga tidak peduli dengan ranjau darat yang berserakan di mana-mana," katanya.

(oln/NW/CNN/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas