Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bukan di Ukraina, Kawasan Korea Diprediksi Jadi Lokasi yang Lebih Realistis Pecahnya Perang Nuklir

Shashank S Patel, analis geopolitik yang memantau tren di Asia Timur, berbagi pengamatannya mengenai potensi konflik nuklir di semenanjung Korea.

Penulis: Malvyandie Haryadi
zoom-in Bukan di Ukraina, Kawasan Korea Diprediksi Jadi Lokasi yang Lebih Realistis Pecahnya Perang Nuklir
STR / KCNA MELALUI KNS / AFP
Gambar ini diambil pada Selasa (28/9/2021) dan dirilis dari KCNA pada Rabu (29/9/2021) menunjukkan Akademi Ilmu Pertahanan Korut melakukan uji coba rudal hipersonik Hwasong-8. Para ahli telah memperingatkan bahwa Semenanjung Korea adalah lokasi yang lebih mungkin terjadinya konflik nuklir. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah kekhawatiran global mengenai potensi penggunaan senjata nuklir taktis Rusia di Ukraina, para ahli telah memperingatkan bahwa Semenanjung Korea adalah lokasi yang lebih mungkin terjadinya konflik nuklir.

Dalam diskusi dengan EurAsian Times, Shashank S Patel, analis geopolitik yang memantau tren di Asia Timur, berbagi pengamatannya mengenai potensi konflik nuklir di semenanjung Korea.

Patel menyatakan bahwa semenanjung Korea telah menjadi lokasi potensial konflik nuklir antara negara-negara besar di kawasan sejak Perang Dunia II. Situasi ini berlanjut hingga saat ini.




Terlepas dari “masalah warisan”, kepemimpinan Korea Utara memiliki motif strategis yang mendorong preferensi mereka terhadap kemampuan nuklir.

Ketika ditanya tentang alasan yang mendasari sudut pandangnya, ia merinci sejumlah faktor yang berpotensi menyebabkan Korea Utara mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir.

Patel menjelaskan – semenanjung Korea memiliki makna simbolis yang mendalam sebagai wilayah yang diklaim sebagai ‘Matahari Terbit’ oleh Kim Il Sung (pendiri Korea Utara).

Oleh karena itu, menjadi tujuan penting bagi Kim Jong Un untuk merebut kembali permata simbolis bangsa ini.

BERITA TERKAIT

“Kedua, hal ini memberikan ruang politik regional yang luas dan peluang bagi Korea Utara untuk bersekutu dengan negara tetangganya seperti Tiongkok dan Rusia. Trio ini sendiri mewakili blok anti-Barat terbesar di belahan bumi Timur. Kesamaan nuklir menyatukan mereka dalam satu rangkaian,” tambah Patel dikutip dari Eurasiantimes.

Poin ketiga, sambungnya, adalah bahwa memiliki kemampuan nuklir yang ditujukan untuk Korea Selatan memberikan Korea Utara keuntungan strategis di Asia Timur.

Dia mencatat, “ketiga, hal ini menjadi aset strategis bagi Korea Utara di kawasan Asia Timur untuk menargetkan kedua musuh mereka, yaitu Jepang dan Korea Selatan, dengan satu tembakan."

"Pengembangan nuklir terhadap Korea Selatan akan semakin mendorong Korea Selatan untuk menerapkan perjanjian Camp David, menjadikannya sebuah front trilateral. Hal ini secara langsung membuka pintu bagi Korea Utara untuk secara strategis melibatkan sekutu langsung mereka dalam situasi perang, sehingga menjadikannya perang seluruh Asia Timur.”

“Keempat, karena penggunaan bahan bakar cair, ICBM Korea Utara masih belum mampu menembus sistem anti-rudal Barat untuk mencapai wilayah yang jauh. Secara teknis, membombardir beberapa balistik ke arah Selatan, yang dijaga oleh pengerahan THAAD yang terbatas, akan memberikan hasil positif bagi mereka,” kata Patel.

Aspek lain yang perlu dipertimbangkan adalah keinginan Korea Utara untuk membangun superioritas budaya atas Korea Selatan, yang bertujuan untuk memposisikan diri mereka sebagai keturunan sebenarnya dari ‘Hongik Ingan.’

Aspirasi ini memicu kesediaan mereka untuk menggunakan segala cara yang diperlukan dan sejalan dengan keyakinan budaya Korea tentang pemerintahan yang sah.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas