Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bukan di Ukraina, Kawasan Korea Diprediksi Jadi Lokasi yang Lebih Realistis Pecahnya Perang Nuklir

Shashank S Patel, analis geopolitik yang memantau tren di Asia Timur, berbagi pengamatannya mengenai potensi konflik nuklir di semenanjung Korea.

Penulis: Malvyandie Haryadi
zoom-in Bukan di Ukraina, Kawasan Korea Diprediksi Jadi Lokasi yang Lebih Realistis Pecahnya Perang Nuklir
STR / KCNA MELALUI KNS / AFP
Gambar ini diambil pada Selasa (28/9/2021) dan dirilis dari KCNA pada Rabu (29/9/2021) menunjukkan Akademi Ilmu Pertahanan Korut melakukan uji coba rudal hipersonik Hwasong-8. Para ahli telah memperingatkan bahwa Semenanjung Korea adalah lokasi yang lebih mungkin terjadinya konflik nuklir. 

Dalam beberapa tahun terakhir, Amerika Serikat telah memimpin berbagai inisiatif, berkolaborasi dengan negara-negara lain dan terlibat dalam diplomasi tatap muka, yang semuanya bertujuan untuk membujuk para pemimpin Korea Utara untuk menghormati komitmen yang dibuat pada tahun 1991 untuk melakukan denuklirisasi. semenanjung.

Namun, tidak ada interaksi diplomatik dengan Pyongyang sejak pertemuan puncak yang gagal antara Kim Jong Un dan mantan Presiden AS Donald Trump pada tahun 2019.

Sebaliknya, peningkatan ketegangan nuklir di semenanjung mengalami percepatan yang cepat dan signifikan.




Di sisi lain, Korea Selatan sangat bergantung pada aliansi teguhnya dengan Amerika Serikat.

Pada bulan April, negara tersebut menyatakan bahwa mereka tidak berniat menjalankan program senjata nuklir independen.

Komitmen ini merupakan bagian dari perjanjian yang disebut Deklarasi Washington, yang juga membentuk mekanisme konsultasi nuklir bilateral yang baru. Mekanisme ini mengambil inspirasi dari kerangka kerja yang dibangun pada era Perang Dingin AS-Eropa.

Sebagai bagian dari perjanjian tersebut, Amerika Serikat juga mengungkapkan niatnya untuk mengambil tindakan yang “lebih nyata” di Semenanjung Korea.

BERITA TERKAIT

Langkah-langkah ini mencakup pengerahan rutin “aset strategis” AS, yang mencakup pesawat pengebom berat dan kapal induk, serta kehadiran rutin kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir AS.

Namun, skenario ini telah memicu tanggapan keras dari Korea Utara, memperingatkan AS agar tidak terlibat di wilayah tersebut dan menghubungkan peningkatan ketegangan di Semenanjung Korea dengan tindakan Amerika.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas