Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Serangan Mematikan di Mali, 49 Warga Sipil dan 15 Tentara Tewas

49 warga sipil dan 15 tentara tewas dibunuh oleh militan yang menyerang kamp militer dan kapal di timur laut Mali.

Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: Sri Juliati
zoom-in Serangan Mematikan di Mali, 49 Warga Sipil dan 15 Tentara Tewas
Thomas COEX / AFP
Seorang perwira Pasukan Operasi Khusus Marinir Prancis melatih tentara FAMA Mali sebagai misi militer multinasional Satuan Tugas Takuba yang baru di wilayah bermasalah Afrika sub-Sahara, di pangkalan militer Menaka Mali, pada 7 Desember 2021. Tenda berwarna pasir baru, parit yang baru digali, balet helikopter: di tengah pengurangan personel militer Prancis di Mali, kamp Ménaka (timur laut) merupakan pengecualian: dulunya merupakan pangkalan kecil di garis depan operasi anti-jihadis Barkhane. 49 warga sipil dan 15 tentara tewas dibunuh oleh militan yang menyerang kamp militer dan kapal di timur laut Mali. Thomas COEX / AFP 

TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak 49 warga sipil dan 15 tentara tewas dibunuh oleh militan yang menyerang kamp militer dan kapal di timur laut Mali.

Dilansir ABC News, jumlah korban tewas diperkirakan akan meningkat serta lebih banyak lagi yang mengalami luka.

Pernyataan tersebut tidak merinci berapa banyak korban tewas dalam setiap serangan.

Namun dikatakan bahwa serangan di Mali tersebut didalangi oleh kelompok yang berafiliasi dengan al-Qaeda.

Baca juga: Pemimpin Mali Telepon Putin, Rusia Desak Resolusi Damai untuk Kudeta Niger

Para pemberontak menyerang sebuah perahu yang membawa warga sipil menyeberangi Sungai Niger.

Sungai yang sedang banjir itu memisahkan Kota Gao dan Mopti selama musim hujan.

Kapal itu sedang melakukan perjalanan dari Gao ketika diserang pada Kamis (7/9/2023) waktu setempat.

Berita Rekomendasi

Para militan juga menyerang sebuah kamp militer di Lingkaran Bourem, sebuah subdivisi administratif wilayah Gao.

Tentara Nigeria bagian dari pasukan Komunitas Ekonomi Negara Afrika Barat (ECOWAS) berlatih pada 19 Januari 2013 di pangkalan udara ke-101 di Bamako. Presiden Pantai Gading Alassane Ouattara pada 19 Januari menyerukan komitmen internasional yang lebih luas untuk operasi militer di Mali, di mana pasukan Mali dan Prancis memerangi kelompok militan Islam yang menguasai wilayah utara negara itu yang gersang. Sekitar 2.000 anggota MISMA (Misi Internasional untuk Bantuan Mali), pasukan intervensi Afrika, diharapkan dikerahkan pada 26 Januari. Sekitar 100 tentara dari Togo dan Nigeria telah tiba di Bamako, dan sekitar 30 tentara lainnya dari Benin sedang dalam perjalanan. rute untuk bergabung dengan mereka. FOTO AFP / ERIC FEFERBERG
Tentara Nigeria bagian dari pasukan Komunitas Ekonomi Negara Afrika Barat (ECOWAS) berlatih pada 19 Januari 2013 di pangkalan udara ke-101 di Bamako. Presiden Pantai Gading Alassane Ouattara pada 19 Januari menyerukan komitmen internasional yang lebih luas untuk operasi militer di Mali, di mana pasukan Mali dan Prancis memerangi kelompok militan Islam yang menguasai wilayah utara negara itu yang gersang.  (FOTO AFP / ERIC FEFERBERG)

Pemberontak menyerang perahu dan kamp militer Mali

Pemberontak menyerang sebuah perahu yang membawa warga sipil melintasi Sungai Niger dan sebuah kamp militer di Lingkaran Bourem.

Kedua desa tersebut berada di sebelah timur Timbuktu, sebuah kota yang telah diblokade oleh kelompok bersenjata sejak akhir Agustus, ketika tentara Mali mengerahkan bala bantuan ke wilayah tersebut.

Para pemberontak mencegah Timbuktu mendapatkan pasokan barang-barang kebutuhan pokok.

Lebih dari 30 ribu penduduk telah meninggalkan kota dan daerah sekitarnya, menurut laporan badan kemanusiaan PBB pada bulan Agustus.

Mali adalah salah satu dari beberapa negara Afrika Barat yang memerangi pemberontakan dengan kekerasan yang terkait dengan al-Qaeda dan ISIS.

Para pemberontak mulai menguasai wilayah utara Mali yang gersang pada tahun 2012.

Militan telah menguasai wilayah, menyebar ke seluruh Sahel dan ke negara-negara pesisir Afrika Barat.

Frustrasi terhadap meningkatnya ketidakamanan mendorong dua kudeta militer di Mali dan dua di Burkina Faso sejak tahun 2020.

Empat dari delapan kudeta yang melanda Afrika Barat dan Tengah selama tiga tahun terakhir.

Ada dukungan rakyat yang sangat besar terhadap junta ketika mereka merebut kekuasaan setelah protes massal terhadap kepemimpinan Presiden Ibrahim Boubacar Keita.

Masyarakat marah karena ketidakpastian ekonomi, sengketa pemilu, dan ketidakamanan kronis.

Sejak itu, data menunjukkan pemerintahan militer Mali hanya mencapai sedikit kemajuan dalam perlawanannya terhadap kelompok pemberontak yang menguasai sebagian wilayah negara tersebut.

(Tribunnews.com/Deni)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas