Butuh Informasi soal Kematian Fernando Villavicencio, AS Tawarkan Hadiah Rp15,4 Miliar
Amerika Serikat (AS), menawarkan hadiah bagi siapa pun yang bisa memberikan informasi secara detail mengenai dalang pembunuhan Fernando Villavicencio.
Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS), menawarkan hadiah bagi siapa pun yang bisa memberikan informasi secara detail mengenai dalang pembunuhan Fernando Villavicencio.
Fernando Villavicencio merupakan seorang politikus, anggota serikat buruh, dan jurnalis berkebangsaan Ekuador yang mencalonkan diri sebagai Presiden Ekuador dalam Pemilu 2023.
Namun, ia ditembak mati selepas berkampanye menemui pendukungnya di Quino, Rabu (9/8/2023).
Tepatnya, saat naik ke mobilnya seusai menyampaikan pidato, Villavicencio ditembak.
Ia tewas di lokasi.
Baca juga: Korea Utara Masukkan Senjata Nuklir di UU, Kim Jong Un Ingin Lawan Ancaman AS
Menurut Presiden Ekuador, Guillermo Lasso, kejahatan terorganisasi berada di balik pembunuhan tersebut.
Dilansir BBC International, AS menawarkan hadiah sebesar 1 juta dolar AS (Rp15,4 miliar) bagi siapa pun yang memberikan informasi mengenai pemimpin geng yang bertanggung jawab atas kematian Villavicencio.
"Amerika Serikat akan terus mendukung rakyat Ekuador dan berupaya mengadili orang-orang yang berusaha merusak proses demokrasi melalui kejahatan dengan kekerasan," terang Menteri Luar Negeri Antony Blinken, yang mengumumkan hadiah tersebut pada Kamis (28/9/2023) dikutip dari BBC International.
Blinken menambahkan, investigasi ini didukung oleh FBI, dan hadiah tersebut menunjukkan komitmen Washington untuk memerangi kejahatan terorganisasi.
Sementara itu, dalam kampanyenya saat itu, Villavicencio berfokus pada pemberantasan korupsi dan geng kriminal.
Ia adalah salah satu dari sedikit kandidat presiden yang berani menunjuk adanya hubungan antara kejahatan terorganisasi dengan pejabat pemerintah di Ekuador.
Sebagai seorang anggota kongres dan mantan jurnalis, Villavicencio mengecam pemerintah yang menurutnya bertindak lunak terhadap geng tersebut.
Ia kemudian mengatakan bahwa jika dirinya berkuasa, akan ada tindakan keras untuk memberantas kejahatan terorganisasi.
Beberapa pekan sebelum dirinya dibunuh, Wali Kota Manta di Ekuador, Agustin Intriago, juga ditembak mati.
Lalu pada bulan Februari, calon Wali Kota Puerto Lopez, Omar Menendez, dibunuh saat berkeliling di kota.
Ia dibunuh pada malam pemilihan wali kota di Ekuador.
Namun, sejauh ini, penembakan seorang calon presiden di sebuah acara publik di ibu kota adalah serangan paling berani.
Serangan tersebut merupakan bukti besarnya kekuatan geng yang ada di Ekuador.
Sebenarnya, Ekuador secara historis merupakan negara yang relatif aman dan stabil di Amerika Latin.
Sayangnya, kejahatan meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Hal inii dipicu oleh meningkatnya kehadiran kartel narkoba Kolombia dan Meksiko, yang menyusup ke geng kriminal lokal.
Polisi di negara tersebut mengatakan sejauh ini mereka telah menahan enam warga negara Kolombia sehubungan dengan kematian Villavicencio, tetapi mereka masih berupaya mencari tersangka lainnya.
Sementara itu, ini bukan pertama kalinya AS menawarkan imbalan atas informasi kejahatan yang dilakukan di negara lain.
Pekan ini mereka menawarkan hadiah hingga 5 juta dolar AS (Rp Rp77,4 Miliar) untuk membantu menemukan Abukar Ali Adan, wakil pemimpin kelompok militan al-Shabaab yang berbasis di Somalia.
Tahun lalu, Badan Pemberantasan Narkoba AS juga menawarkan imbalan uang yang sama bagi informasi soal kelompok kejahatan terorganisasi asal Irlandia, yaitu Kinahan.
(Tribunnews.com/Deni)