Dirjen WTO: Perang Israel-Hamas Rugikan Perdagangan Global
Wilayah Timut Tengah merupakan sumber energi dunia yang berasal dari gas alam dan juga minyak.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, GENEVA – Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Ngozi Okonjo-Iweala baru-baru ini memberikan pandangannya mengenai perang yang masih berlangsung antara Israel-Hamas.
Menurut Okonjo-Iweala, konflik antara Israel-Hamas yang masih berlangsung akan berdampak pada pertumbuhan global jika meluas ke negara-negara di kawasan Timur Tengah.
“Jika konflik ini menyebar melampaui keadaan sekarang ke seluruh Timur Tengah, akan ada dampaknya,” kata dirjen WTO itu dalam sebuah pernyataan, Senin (30/10/2023).
Baca juga: Amerika Ingatkan Israel Lindungi Orang-orang Tak Bersalah di Gaza
“Ingatlah, wilayah ini juga merupakan sumber energi dunia yang berasal dari gas alam dan juga minyak, yang masih banyak digunakan di seluruh dunia. Jadi Anda akan melihat dampaknya terhadap pertumbuhan global, perdagangan global,” sambungnya.
WTO juga telah memangkas perkiraan pertumbuhan perdagangan untuk 2023 di tengah perlambatan manufaktur global.
Awal bulan ini, organisasi tersebut mengurangi perkiraan pertumbuhan perdagangan barang dagangan global untuk tahun ini karena kemerosotan berkelanjutan yang dimulai pada kuartal IV 2022.
“Pertumbuhan perdagangan sudah cukup suram karena turunnya permintaan agregat secara keseluruhan,” kata Okonjo-Iweala.
Volume perdagangan barang dagangan global kini diproyeksikan tumbuh sebesar 0,8 persen tahun ini, kurang dari setengah kenaikan 1,7 persen yang diperkirakan pada April lalu. Sementara pertumbuhan sebesar 3,3 persen yang diproyeksikan pada 2024 hampir tidak berubah dari perkiraan sebelumnya.
“Kembalinya perekonomian China setelah pandemi ini tidak sekuat yang kita harapkan. Kita mengalami krisis real estate di China. Pertumbuhan Uni Eropa lebih lambat dari yang kami harapkan,” kata Okonjo-Iweala.
“Amerika Serikat tampaknya baik-baik saja, tetapi tetap saja, ada masalah penurunan permintaan agregat di sebagian besar wilayah dan kedua sektor serta inflasi yang terus-menerus dengan suku bunga yang naik lebih tinggi dalam jangka panjang,” pungkasnya.