Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Nasib Bayi-bayi Prematur di Inkubator Rumah Sakit Gaza yang Dibombardir Israel

Kalangan petugas medis Rumah Sakit Medis Nasser di Khan Younis, di Jalur Gaza selatan pun ketar-ketir dengan nasib para bayi yang dirawat di inkubator

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Wahyu Gilang Putranto
zoom-in Nasib Bayi-bayi Prematur di Inkubator Rumah Sakit Gaza yang Dibombardir Israel
Tribun Pekanbaru
Ilustrasi bayi. - Kalangan petugas medis Rumah Sakit Medis Nasser di Khan Younis, di Jalur Gaza selatan pun ketar-ketir dengan nasib para bayi yang dirawat di inkubator. 

"Saya ingin perang ini berakhir, dan putri saya bisa berada di rumah bersama saudara laki-lakinya dan ayahnya, yang sangat merindukannya," serunya.

Sedikitnya, sepertiga rumah sakit di Gaza telah ditutup sejak dimulainya perang.

Lina Rabie, seorang ibu berusia 27 tahun dari Khan Younis yang sudah menantikan momongan selama bertahun-tahun, melahirkan putra pertamanya seminggu sebelum perang pecah.

"Dia lahir pada minggu pertama bulan kedelapan (masa kehamilan) dan dokter mengatakan kepada saya bahwa hidupnya dalam bahaya," kata Rabie kepada Al Jazeera.

Baca juga: 3 Artis Ini Bela Palestina, Syifa Hadju Rela Kehilangan Pekerjaan, Kartika Putri Dapat Ancaman

Marwan, yang namanya diambil dari nama kakek dari pihak ayah, kini ditempatkan di inkubator di Rumah Sakit Nasser.

"Setiap detik perang berlanjut, hati saya terbakar ketakutan terhadap anak saya dan semua anak," kata Rabie.

"Saya berharap perang akan berakhir dan putra saya pulih, lalu saya bisa memeluknya kapan pun saya mau," harapnya.

Berita Rekomendasi

Puluhan Ribu Wanita Hamil Terjebak dalam Konflik Israel-Hamas

Sementara itu, Badan Kesehatan Seksual dan Reproduksi PBB, UNFPA memperkirakan 50.000 wanita hamil terjebak dalam konflik di Gaza.

Bahkan setiap hari tercatat ada 160 persalinan.

Sekitar 15 persen kelahiran diperkirakan mengakibatkan komplikasi.

"Para wanita ini perlu memiliki akses terhadap perawatan obstetrik darurat, dan hal ini menjadi lebih menantang dengan banyaknya kasus trauma dan sistem kesehatan yang kewalahan," kata Dominic Allen, perwakilan UNFPA untuk Negara Palestina, kepada Al Jazeera.

Baca juga: Ribuan Sembako Hingga Selimut Penuhi Halaman Kantor Baznas RI, Siap Dikirim ke Palestina

Seorang jurnalis berdiri dengan mikrofon ketika ambulans Kementerian Kesehatan Palestina melintasi gerbang untuk memasuki perbatasan Rafah di Jalur Gaza selatan sebelum menyeberang ke Mesir pada 1 November 2023. Puluhan pemegang paspor asing yang terjebak di Gaza mulai meninggalkan negara yang dilanda perang tersebut. Wilayah Palestina pada 1 November ketika penyeberangan Rafah ke Mesir dibuka untuk pertama kalinya sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, menurut koresponden AFP. (Photo by Mohammed ABED / AFP)
Seorang jurnalis berdiri dengan mikrofon ketika ambulans Kementerian Kesehatan Palestina melintasi gerbang untuk memasuki perbatasan Rafah di Jalur Gaza selatan sebelum menyeberang ke Mesir pada 1 November 2023. Puluhan pemegang paspor asing yang terjebak di Gaza mulai meninggalkan negara yang dilanda perang tersebut. Wilayah Palestina pada 1 November ketika penyeberangan Rafah ke Mesir dibuka untuk pertama kalinya sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, menurut koresponden AFP. (Photo by Mohammed ABED / AFP) (AFP/MOHAMMED ABED)

Sebagai bagian dari PBB, UNFPA menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera.

"Perlu ada ruang dan waktu untuk meringankan penderitaan manusia yang kita saksikan di Gaza," kata Allen.

"Bantuan dan perbekalan kemanusiaan harus diizinkan masuk," ucapnya.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas